“Whenever you give out any energy—love, hate, anger, kindness—you will always get it back. One way or another. Love is like a circle. Whatever love you give out, it always comes back to you. The problem lies with your expectations. You assume the love you receive will come from the person you gave it to. But it doesn’t always come from that person.”
Jay Shetty – Award-Winning Storyteller, Podcaster, and former monk
Musee du Louvre atau Museum Louvre yang awalnya merupakan benteng yang dibangun pada abad ke-12, kini merupakan museum seni dan monumen sejarah terbesar di dunia dan berlokasi di Rive Droite Seine.
Terdapat ratusan ribu karya seni diantaranya merupakan hasil rampasan perang pada zaman Napoleon diantaranya Italy dan Mesir. Awalnya dibangun untuk dijadikan istana oleh Raja Francois I dan dilanjutkan oleh raja-raja Perancis setelahnya sehingga terdapat banyak perpaduan mengagumkan di dalam design arsitekturnya.
Pesawat easy jet dari Inggris membawa saya terbang ke Museum Louvre di kota Paris tempat disimpannya lukisan impian saya, Monalisa. Setelah sampai langsung menuju ke museum. Dari kejauhan sudah terlihat antrian yang sangat panjang di ticket booth dan semakin memanjang disaat ingin masuk ke ruangan tempat lukisan Monalisa terpajang.
Saya mengelilingi ruangan yang lain terlebih dahulu dan disaat berjalan menuju ke ruangan yang tadi, terlihat seseorang pria muda sedang berusaha melewati akses disable dengan wheel chairnya. Ia terlihat agak kesusahan, sepertinya tidak biasa walau pun versi electric.
Tanpa pikir panjang saya segera berlari tergopoh-gopoh membantu mengarahkan dan mencoba mendorong .
“Excusez moi, apakah boleh saya bantu ?” Ia menegok dan terlihat mata hijaunya yang jernih dengan refleksi kebiruan. Rambut wavy sebahu berwarna coklat tua dengan hidung mancung. Pipi putihnya terlihat kemerahan.
“Oui, merci beaucoup.” Walaupun dalam posisi duduk, bisa terlihat tubuhnya berperawakan tinggi besar dan umurnya hanya beberapa tahun lebih tua.
“Saya Jacques, student jurusan seni.”
“Ah, nice name. Saya Sarah, student jurusan politik dari Leeds, Inggris.Kamu mau kemana ? saya sebenarnya mau ke Monalisa tapi temani kamu saja dahulu siapa tahu kesusahan seperti tadi. I am not in a rush.”
“Saya juga mau ke Monalisa.” Menjawab dengan nada riang.
Disaat menuju ke ruangan, kami diizinkan langsung masuk tanpa antrian. Bahkan ada jalur khusus wheel chair untuk menikmati lukisan yaitu tepat di hadapan dan tak ada orang lain selain kami.
Terlihat dibelakang semua berdesakan untuk mendapatkan spot terbaik untuk mengamati. Tak henti terkesima dan tidak mempercayai keberuntungan saya saat ini. Jika tidak bersama Jacques, pasti masih ada di antrian panjang untuk masuk berdesakan di belakang.
Saya mengarahkan pandangan ke lukisan. Ada magnet di dalam sorot mata dan senyuman Monalisa yang membuat saya terkesiap. “Wow, what a smile.”
“Lukisan ini pernah dipajang di kamar Napoleon selama beberapa tahun hinga pada akhirnya ia jatuh cinta. Selain napoleon, banyak sekali lelaki yang hatinya luluh bahkan museum ini sering mendapatkan surat cinta untuk Monalisa.”
“Saya yang wanita pun meleleh melihat senyumannya yang misterius” ikut menyetujui.
“Bahkan ada beberapa yang sampai bunuh diri karena tak tahan akan senyumannya yang sangat membius hingga patah hati.”Jacques menerangkan.
“Saya akan menjelaskan sejarah lukisan Leonardo Da Vinci yang lain setelah itu kita keluar untuk lunch sekalian ingin merokok. Saya sudah berusaha berhenti tapi susah.” Ia langsung menerangkan karena melihat mata saya terbelalak tanda kurang menyetujui.
“You know what, kamu sangat mirip dengan tokoh kartun Jepang zaman saya kecil , yaitu Terrence Graham Grandchester, salah satu teman dari Candice White Audley. Rambut, warna bola mata hingga keinginannya untuk berhenti merokok. Saya kira Terry tidak ada didalam kehidupan nyata, ternyata sekarang ada di depan mata. “Saya tertawa kecil melihat ekspresinya yang kebingungan.
“By the way, terima kasih Jacques , tanpa kamu tidak mungkin bisa melihat lukisan Monalisa dalam jarak sedekat ini. Bahkan mendapatkan private tour dari kamu.”Melanjutkan pembicaraan dengan mata semakin berbinar penuh kebahagiaan.
“Jangan berterima kasih kepada saya. Hal baik yang kamu dapatkan hari ini adalah balasan dari kebaikan yang pernah kamu lakukan dahulu. Begitu pun dengan kamu menolong saya tadi, pasti ada kebaikan saya di masa lampau yang dibalasnya lewat kamu.”
”Maksudnya ?” Saya mengeryitkan kening.
“Apa pun yang kita tebarkan akan kita dapatkan kembali, tidak dengan orang yang sama, tapi melalui orang lain. Kebaikan atau pun kebencian.”
“Do Good for Others .It will come back in unexpected ways.”
Unknown
April 10th, 2022
Wow.. komik kesayangan Candy candy ❤️
Ada ya mbak yg kayak terry? Makasih banyak tulisannya mbak, Saya jadi bisa ikut jalan2 ??