“Saya ingin memperbaiki dasar logika yang di Indonesia remuk redam, melalui matematika. Saya tidak bisa melakukannya sendiri. Harapan saya dengan membuka kelas semacam ini adalah terjadinya exponential effect.” Prof Pitoyo Hartono
Sinar mentari menyapu langit pagi dengan gradasi merah jingga kekuningan. Mentari tersebut menerobos dalam keheningan di salah satu sudut kota kecil di Jawa Timur. Pendaran sinarnya menyinari pucuk pohon kelapa disekitar tak hentinya membuat saya berdecak kagum.
Cahaya semakin benderang ditandai dengan iringan awan yang seakan menjauh dan membiarkan sang surya perlahan-lahan beranjak dari arah sebelah timur. Suasana syahdu pantai lebih terasa pagi itu dengan ditemani oleh deburan ombak bagaikan hentakan drum yang menghantam penghalang abrasi silih berganti.
Di saat memicingkan mata saya yang indah memesona tiada tara ( numpang memuji diri sendiri karena bukankah itu bagian dari self-love ) terlihat dari kejauhan ketiga anak saya sudah sangat lihai menaklukkan deburan ombak diatas papan surfing.
Di tengah kesibukan sebagai paparazzi mereka, saya mengintip smart phone yang sedari tadi berada di tas selempang . Saya melonjak kegirangan, email yang di tunggu-tunggu selama ini dari salah satu sosok yang selalu saya kagumi pemikiran dan tulisannya.
Kesempatan langka itu akhirnya tiba. Email tersebut memberitahukan bahwa saya bisa mengikuti kelas logika batch kedua yang dibimbing langsung oleh beliau, Pak Prof Pitoyo. Seorang professor yang jenius sekali dan sangat passionate terhadap bidang yang ditekuninya.
Saya akan belajar bersama dengan SMA Kristen Penabur Cirebon dan saya salah satu dari lima peserta luar yang mendapatkan kesempatan emas tersebut. Dua bulan berlalu dan waktunya memberikan testimoni dan saya menulis sepenggal paragraph.
“Sejak saya belajar mengenai logika ,anak saya merasakan saya sebagai seorang ibu yang dulunya lebih memakai perasaan dan emosi sekarang lebih logis dalam bertindak. Anak-anak dulu suka buat jokes kalau saya itu pakai ilmunya kiralogi karena lebih sering memakai perasaan atau dugaan ( kira ). Kemarin anak saya ngomong “ See mama, you can’t logic your way through emotion”.
Pada awalnya, saya merasa membaca, menulis dan berhitung adalah pelajaran dasar pertama yang penting dipelajari oleh setiap anak. Namun ternyata ada yang jauh lebih mendasar dan penting , namun tidak saya sadari yaitu pikiran .
Setiap anak dan juga orang dewasa harus dan wajib berpikir sebelum belajar membaca , menulis dan berhitung. Kemampuan berpikir ini ternyata harus tunduk pada peraturan tertentu jika kita ingin melakukannya secara benar.Kadang saya suka melakukan jumping dalam mengambil conclusion atau bahkan terlalu menggeneralisir sesuatu keadaan . Ilmu logika yang professor ajarkan mampu menjelaskan peraturan-peraturan yang harus diikuti untuk sampai pada kesimpulan yang tepat.” Demikian kutipan testimoni saya.
Tak terasa kelas selama 4 bulan akhirnya selesai, walau pun tentunya saya tertatih-tatih agar bisa keep up dengan murid yang lain. Murid SMA Penabur cerdas dan daya nalar logikanya sangat luar biasa.
Selang beberapa bulan, saya menulis testimoni lagi “Diluar dugaan the ripple effect dari ilmu bapak tidak hanya kepada ketiga anak saya tapi juga sudah melanglang buana dari benua Africa hingga Eropa . Tidak terbayangkan dalam hidup saya jika saya bisa memasuki dunia akademis dan share ilmu saya dengan menjadi mentor di kancah international. ( xxxx Business School, xxxx di London, to name a few ).
Tentunya belum sehebat bapak, tapi ini adalah pencapaian yang sangat gemilang dalam hidup saya, karena saya membandingkannya dengan diri saya sebelum dan sesudah kelas logika.
Semuanya tak lepas dari berubah totalnya kerangka berpikir saya berkat ilmu logika dari bapak selama 4 bulan. Salah satunya mau menerima walau pun pada awalnya berat, jika tidak mengerti, saya akan berkata ” saya tidak mengerti”, bukan “sedikit mengerti” atau “dulu mengerti tapi sekarang agak mengerti”.
Seperti kata bapak, tidak ada yang namanya “sedikit mengerti” hanya ada “mengerti” atau “tidak mengerti.” Masih banyak contoh lain dari ilmu logika yang sangat applicable didalam kehidupan dan saya beruntung bisa mempelajarinya langsung dari bapak. Saya semakin mengerti maksud dari quotes Elon musk yaitu :” I hate when people confuse education with intelligence, you can have a bachelor’s degree and still be an idiot”.
Terima kasih Pak Prof Pitoyo. Salam hormat dari jauh.
“Banyak orang Indonesia dari golongan terdidik yang buta huruf dalam logika, sehingga tidak mempunyai “senjata” untuk berdebat dengan logis. Yang terjadi adalah debat kusir lalu menghujat.” Prof Pitoyo Hartono
January 5th, 2022