“I can accept failure, everyone fails at something, but I can’t accept not trying”
Michael Jordan
Sydney adalah kota yang telah terpatri di dalam relung hati saya sejak masih SD, kota tersebut adalah kota luar negeri pertama yang saya kunjungi bersama adik dan orang tua saya.
Kali ini, saya berkunjung kembali ke Sydney bersama Mbak Yovi dan mamanya. Selain napak tilas, hati saya menggelegak saking excitednya, karena bisa mengikuti salah satu pameran terbesar di Australia yaitu AISF (Australian International Sourcing Fair).
Akhirnya, kami pun tiba di sebuah rumah mewah nan megah, saya lalu menekan bel rumah tersebut, dan tak lama kemudian seseorang pria dengan wajah oval menyambut ramah dari dalam pintu rumah.
Pria tersebut langsung memperkenalkan diri, bahwa dia adalah Alaan. Desiran angin summer yang sepoi-sepoi mengibarkan rambutnya yang hitam lurus namun agak terlihat panjang.
Kami lalu dipersilahkan masuk ke dalam, rumahnya yang lumayan besar dengan 4 kamar tidur di sisi kanan dan kiri. Di sudut ada komputer besar dengan speaker lengkap dengan joystick, sepertinya itu adalah peralatan untuk bermain game.
Aroma kopi yang sangat kuat seakan mengambang di udara, membuat saya terbangun dan tidak mengantuk lagi hanya dengan menajamkan indera penciuman saya. #lebay mode on
Di dalam rumah, juga terlihat ada seorang wanita, wanita itu bertubuh mungil, memiliki rambut lurus panjang, dan berkulit putih.
“Kenalkan ini pacar saya, kami berdua berasal dari South Korea tapi kami kuliah disini. Oh.. we love Sydney, man”, kata Alaan menerangkan dengan pancaran mata yang jenaka dan gaya kekanak-kanakannya.
Setelah beristirahat sebentar kami langsung menuju venue di Darling Harbour yang sangat dekat dari tempat kami menginap. Hanya salto lima kali sudah sampai di venue.
Boleh dibilang kami mendapatkan fasilitas dan view bintang 5 dengan harga kaki lima, karena kebetulan Alaan adalah teman dari salah satu anak buyer saya yang dari Australia.
Sesampainya di venue, kami menuju booth yang letaknya di pojok, paling belakang, dan tepat di depan toilet. Bukannya hati luruh dan semangat goyah karena lokasi yang nun jauh dari pintu utama, justru kebalikannya, semangat kami tetap berkobar-kobar disaat menata booth.
Rezeki bukan seperti sandal jepit yang bisa tertukar, kalau memang rezeki, Insya Allah kaki buyer akan melangkah manja ke booth kami.
Selama 3 hari, saya mendapatkan beberapa buyer besar, tapi barang sample yang saya bawa masih banyak dan hati kecil saya berharap agar berkurang, sehingga saya bisa maju mundur cantik saat pulang, karena koper sudah ringan.
Jam sudah menunjukkan waktu untuk tutup pada hari terakhir pameran. Di venue, suara orang menselotape, mengepack, dan mendorong box sudah membahana tiada hentinya.
Saya tetap bertahan di booth saya sambil menunggu secercah harapan, tiba-tiba sebongkah asa itu muncul, saya dihampiri sesosok tubuh atletis dan wajahnya sekilas mirip Eminem, cuma ini versi yang tidak terkenalnya.
Ternyata namanya Nico, dan sebenarnya dia hanya ingin ke toilet tapi terhenti melihat product yang saya display diantara booth lain yang sudah tertutup rapi.
Tak disangka, Nico langsung membeli semua sample order dalam koper saya, bahkan place order saat itu juga. Dia juga mengatakan, akan datang menemui saya di Bali untuk meeting selanjutnya.
Akhirnya koper saya kosong melompong dan hati yang tadinya kuncup kini merekah renyah seperti rengginang dalam kaleng Khong Guan.
Saya lalu berlari kecil ke booth Mbak Yovi, hati dia juga merekah karena mendapatkan buyer besar, walaupun separuh barang sample tas rotan cantiknya masih ada.
Sesampainya di rumah, Alaan terlihat sedang asyik bermain game dan setelah melihat koper besar Mbak Yovi, dia pun penasaran dan bertanya apa isi koper sebesar itu.
Kesempatan itu tidak kami sia-siakan, dengan gaya yang lihai, Mbak Yovi mencoba menawarkan dan saya membantu sebagai backing vocal yang ikut menjelaskan.
Ibarat paduan suara, Mbak Yovi suara satu dan saya masuk di suara dua. Saat koper dibuka, Alaan terkesima dan berkata, “Apakah bisa saya beli semuanya? Saya butuh untuk christmas gift”, kata Alaan penuh harap.
Akhirnya semua isi koper Mbak Yovi pun habis dalam sekejap. Saya dan Mbak Yovi lalu bertukar pandang dan saya pun langsung berbisik, “Tak sia-sia, kita tetap berusaha sampai titik darah penghabisan yah.” #kibas poni #hati jumpalitan
Pepatah dulu ah,
“Wanita yang kuat bukanlah yang bisa mengangkat galon ke dispenser, tetapi wanita yang tidak berhenti mencoba walaupun aral melintang”
January 29th, 2018
Trackbacks/Pingbacks