“I want to bring you value, what can I do for you ?”
Gary Vaynerchuk
Saya berdiri di samping hamparan bunga warna-warni dalam balutan jaket jeans sambil merentangkan tangan menikmati irama angin dan memejamkan mata sejenak. Saat membuka mata, terlihat Parkinson Building dengan towernya yang megah diselimuti gugusan langit biru memanjakan mata.
Saya berjalan dengan penuh semangat menyusuri Woodhouse Lane dan hati menari-nari bergembira karena ini adalah hari pertama saya bekerja part time di Brotherton Library, salah satu library dari Leeds University. Saya berlari kecil menaiki tangga ditemani semilir angin yang meniup teratur hingga mampu mengibaskan rambut saya yang hitam mengkilap. #kibas poni
Saya lalu bertemu dengan Mrs Addison dan telah berdiri lelaki tinggi besar di sampingnya. Rambut dark brown dengan mata coklatnya nampak sempurna dipadu dengan hidung yang mancung. Guratan bibir yang tajam mengingatkan saya pada bibirnya Brad Pitt dilengkapi dagu yang terbelah ala Ben Affleck. Perfecto! #gigit panci saking gemasnya
“Good morning, my name is Andy. Saya akan menjadi partner kerja kamu.” Sebuah sapaan lembut dengan sentuhan bass menyapa saya. Awalnya saya menengok ke atas karena mengira ada angel, oh ternyata suara itu berasal dari sosok di depan saya dan bukan sedang melayang-layang di langit-langit Brotherton Library.
“Hiya, Andy. My name is Sarah.” Saya melepaskan senyum 32 gigi ciri khas saya yang sangat manis sambil menghempaskan rambut hitam memesona saya ke kiri dan kanan diikuti kerlingan mata bagaikan backhand smash dalam bulutangkis yang siap menukik hingga mampu membuat hati runtuh. #paragraph ini mengandung iklan yang di paksakan
Mrs Addison lalu memperlihatkan seluruh penjuru Brotherton Library dan saya sempat kaget karena tidak pernah menyangka bahwa library ini sangatlah luas.
Sebagai mahasiswa international studies, daerah yang sering saya lewati adalah di basement, di mana buku politik banyak terdapat di sana selain di Edward Boyle Library. Itu adalah library khusus untuk science,engineering dan social science. Masih ada tiga library lainnya yang belum saya jejaki, yaitu Health Science Library di Worsley Building, Laidlaw Library dan St James University Hospital Library.
Mrs Addison lalu menjelaskan job desc kami yang salah satunya adalah memberi kode pada setiap buku dan memasukkan datanya ke computer . Saya melihat ke sekeliling lalu mencoba menghitung berapa ratus atau mungkin ribuan buku yang harus kami rapikan sistemnya. #pingsan mode on
Andy dan saya langsung reflek mundur beberapa langkah melihat begitu banyak buku yang harus kami bereskan. Walaupun saya addicted dengan buku-buku, bahkan menurut saya buku adalah alat recharge saya jika sedang stress, tapi membereskannya berdua dalam waktu 3 minggu itu sangat berat.
Jari saya rasanya remuk karena keseringan menekan keyboard dan menempelkan kode ke seluruh buku yang ada, belum lagi harus memanjat ke rak-rak yang tinggi untuk menggapai buku-buku tersebut. Walaupun Andy badannya tinggi besar, kami tetap kewalahan sehingga saya selalu memberi semangat untuk kami berdua sambil menyanyi walaupun suara saya parau seperti burung gagak.
“Andy, anggap saja kita atlet dan atlet sejati tidak pernah menyerah,” saya berkata sambil mengepalkan tangan. Dengan berjalannya waktu kami pun makin lincah dan bisa menyelesaikannya kurang dari tiga minggu.
“Wow, sudah hampir selesai. Berarti beberapa hari ke depan kita kerjanya santai ya.” Saya melompat kecil saat berkata pada pagi itu.
“No, Sarah. Kamu yang setiap hari memberikan kita semangat bahwa kita kerja bagaikan atlet sejati dan bukankah mereka tidak akan pernah berhenti di tengah pertandingan?”
Saya langsung merasa terpukul dengan kata-kata saya sendiri. “Yeah, terima kasih telah mengingatkan saya, Andy,” jawab saya tersipu malu.
Di manapun saya bekerja, saya harus memposisikan diri saya sebagai atlet yang tengah berjuang dalam sebuah kompetisi dan tidak hanya mengejar trophy. Jika hanya trophy tujuannya, saya tidak akan pernah berjuang sepenuh hati.
Atlet sejati adalah yang memaknai perlombaan sebagai ajang penyaluran dedikasi sehingga akan bertanding hingga peluit akhir dibunyikan demi memberikan value terbaik dari dirinya.
Andy lalu menepuk bahu saya sambil tersenyum. Saya pun berkata, “Hmm… Andy, apakah mentari pagi terbit kembali or did you just smile at me?” Saya menutup sore itu dengan gombalan manis yang akhirnya membuat Andy tersipu malu.
“Values are like fingerprints. Nobody’s are the same, but you leave them all over everything you do.”
Elvis Presley
April 20th, 2018

Brotherton Library Leeds