Think like a proton and stay positive
“I hate how many people think “glass half-empty” when their glass is really four-fifths full. I’m grateful when I have one drop in the glass because I know exactly what to do with it”.
(Gary Vaynerchuk)
Basel adalah kota ketiga terbesar di Switzerland, yang letaknya di perbatasan antara tiga negara yaitu Germany, Swiss dan France.
Hidup di kota ini, saya seakan-akan berada di dalam dunia dongeng yang tombolnya bisa di fast forward.
Seperti di dalam film “Heidi The Mountain Girl” namun Heidi versi saya naik turun gunung menggunakan hoverboard. Romantic tetapi versi ngebut cyn # Heidi versi millenial.
Pemandangan kota Basel sangat memukau dan sering membuat saya tertegun sejenak, duajenak, tigajenak saking indahnya. #ehemmm
Langit biru tampak cerah diantara awan putih yang beriringan. Gunung hijau yang menjulang tinggi dengan gagahnya terlihat dari kejauhan, serta di kelilingi oleh Rhine river dengan airnya yang jernih mengalir.
Riak-riak air dari Rhine river yang tak pernah berhenti bergemericik. Suara tersebut terdengar seakan-akan seperti lagu life for living dari Coldplay yang melantun dengan lembutnya di telinga saya.
*Singing* #music please
As my head just aches
When I think of
The things that I shouldn’t have done
But, life is for living
We all know
And I don’t wanna live it alone
*Singing* #music end
Dengan segala keromantisan fairy talenya, kota ini sangatlah high-tech. Dalam setengah kedipan, disaat browsing internet webpage apapun akan langsung terbuka. #kecepatan setengah kedipan itu seperti kecepatan Lucky Luke yang menembak lebih cepat dari bayangannya sendiri.
Di Basel, saya mempunyai dua sahabat dari Africa yaitu Tilahum dan Michael, tetapi yang paling akrab adalah Michael karena kami seumuran. Pokoknya anak jaman now masa itu deh. #kibas poni
Tingginya salary di Swiss sebanding dengan tingginya living cost, yang membuat banyak penduduk luar Swiss semangat bekerja di kota border ini. Mereka pulang pergi setiap hari ke Germany atau ke France by train demi sesuap french fries dan baguettes yang ingin diraup di Basel.
Saya dan Michael pun juga hampir setiap minggu shopping sembako di cross border karena harga bahan pokok di Swiss yang menjulang tinggi. #gaya deh, beli beras saja bawa passport
Yang paling sering kami kunjungi adalah Rhien Center di Germany, letaknya di border cukup dengan naik tram no. 8 dan kami akan sampai kesana.
Setiap kesana kami juga menenteng recycle bottles yang sudah tidak kami pakai lagi. Semua demi cashback voucher yang bisa ditukarkan di Marktauf. #pemulung
Menuju pulang kami bergantian menenteng barbel (barang belanjaan) tersebut, dan sesampai di apartment kami langsung ke tempat Tilahum dan memasak bersama untuk dinner.
Setelah makanan jadi, kami bertiga lalu berlari-lari kecil kegirangan menuju lift sambil membawa makanan versi Afrinesia (campuran Indonesia dan Africa). #Taaadaaa
Di lantai 5 adalah tempat menjemur pakaian yang ruangannya terbuka dengan dinding pembatas yang agak rendah.
Jika kami menatap lurus ke depan akan sangat sakral bagaikan ditarik kembali ke tahun 1889 dan terbawa masuk ke dalam lukisan The Starry Night by Vincent Van Gogh.
Jika mata agak melirik sedikit ke kiri atau ke kanan, cucian para student akan terlihat ramai bergelantungan, dari pakaian dalam, baju, sampai kaos kaki. Untung sudah dicuci, kalau tidak, wah bisa bau jempol dimana-mana. #nyengir kuda #se
Lambaian cucian yang tertiup angin sepoi-sepoi, kami anggap sebagai 11 bintang yang berkedap-kedip seperti di lukisan The Starry Night.
Bintang tersebut bermandikan cahaya bulan purnama sehingga suasana makan malam kami akan tetap terlihat romantic dan syahdu.
#positive mindset #dinner
Jadi teringat salah satu pengalaman pada nikmatnya sepotong kue setelah perjuangan Chloe menahan lapar dari pagi.
Sewaktu saya mengajak Chloe untuk ikut ke pameran B2B di Manila, pada hari ketiga di saat jam sudah menunjukkan jam 11, biasanya Chloe sudah meminta keluar untuk makan.
Tetapi sampai jam 1 Chloe masih duduk tenang. Tidak nampak wajah kelaparan atau raut gelisah diwajahnya.
Satu jam kemudian, Chloe akhirnya menanyakan burger sisanya tadi malam yang sengaja saya bawa dan rencananya akan saya habiskan. Saya tidak biasa membuang makanan karena tidak boleh, mubazir kalau kata orang tua saya.
Akhirnya burger yang sudah dingin dan masih sisa setengah dimakan dengan lahapnya.
Saya langsung bertanya “Masih mau makan lagi tidak? itu kan tidak cukup”. Dengan suara perlahan Chloe menjawab, “No, its okay Mama. I am all good. Thank you very much, Mama”.
Tidak lama setelah itu, ada buyer yang datang dan dengan semangat 45, Chloe langsung beranjak dari kursinya. Dengan sigap Chloe menunjukkan contoh-contoh model yang terbaru dan juga pricelist untuk wholesale order.
Chloe sangat lincah berlari ke kiri ke kanan membantu saya. Setengah kedipan setelah buyernya pulang, Chloe langsung meminta ke restaurant yang terletak di dalam venue pameran. Disana Chloe dengan masih semangat 45 langsung menunjuk kue idaman dengan jari mungilnya.
Chloe : “This is my favorite cake, Mama. I am actually still really hungry. I nearly faint”. #lebay mode on
Me : “Kenapa tidak dari tadi kamu minta kesini? kan kalau kamu terlambat makan bisa masuk angin, Sayang”.
Chloe: “We didn’t have any buyer yet at that time, so we can’t spend something before we make something, Mama”.
Me: “Oh jadi dari tadi kamu menahan lapar yah, Cintaku?”. #mamakrempong ngeshock #mata terbelalak seperti ikan mas koki
Chloe sambil mengangguk dan tertunduk malu berkata “Yes, Mama”. Saya langsung memeluk semakin erat tubuhnya yang mungil sambil berbisik “Next time, tidak usah sampai begitu yah Sayang, nanti kamu sakit lho. Tetapi mama senang, kamu bisa mensyukuri arti dari sepotong kue ini. Rasa kuenya enak tidak?” #kepo mode on
Mata bulatnya berbinar-binar seperti indahnya cahaya bulan purnama menyinari kegelapan malam. Chloe lalu berkata: “Oh, it’s way more delicious than yesterday, Mama. My tongue is dancing of happiness right now”.
Mata trapesium saya ikut-ikutan berbinar-binar seperti lampu petromak yang salah setel sehingga cahayanya bikin sakit mata. Saya lalu mencium dan mengelus rambut light brownnya sambil berkata dengan sangat lembut “Inilah kue rasa Vincent van Gogh kamu, Sayang”. #eaaaaaa
Bagi orang lain, ini hanyalah kue yang dengan mudahnya bisa ditukar dengan 2 lembar uang 100 peso, tetapi bagi Chloe maknanya lebih dalam dari itu. Chloe telah melewati perjuangan untuk mendapatkannya sehingga rasa syukurnya muncul di setiap suapan kue tersebut.
There is always something to be grateful for. No matter how small they may be. Thank you for the cute reminder, Chloe.
Semakin terngiang-ngiang pesan dari orang tua saya “Cobalah resapi setiap nikmatmu, nak. Bersedihlah seperlunya, bahagialah sepenuhnya. Hargai setiap tarikan nafasmu dan bersyukurlah sebanyak-banyaknya dalam setiap hembusan nafasmu”.
I am grateful for the best parents in the world. Both of you are truly kind person deep down and you deserve all the best praise and love. All that I am or hope to be, I owe to you. #sungkem #cium tangan
Terima kasih telah mengajarkan saya bahwa bukan rejeki kita yang sedikit, tetapi bersyukurnya saja yang kadang kurang.
#speechless #terharu biru #bah
Seperti kata pepatah
Jadilah orang yang selalu bersyukur, mengeluhnya pas lagi berkaca saja.
*Giggle*
Sarah Beekmans, Nov 6th 2017