“The most expensive liquid in the world is a tear. It’s 1 % water and 99 % feelings. Think before you hurt someone.”
Waktu sudah menunjukkan hampir jam sebelas malam saat tiba di hotel yang lokasinya tepat di pusat kota Macau. Hari yang melelahkan setelah akhirnya tradeshow dan buyer meeting usai, kini waktunya menikmati Macau sebelum lanjut ke Hongkong lalu Manila.
Chloe dan Sophie membantu saya dan mbak Patsy menurunkan seluruh luggages dari taxi menuju ke lobby hotel. Angin tak henti berdesir dengan kencang seakan menggulung lembut dedaunan di pohon sekitar.
Belaian angin sejuk yang berdesir perlahan semakin kencang membuat saya menengok untuk meyakinkan kalau Chloe dan Sophie telah memakai jacket dan mengancingkan dengan rapat agar tetap hangat.
Setelah check in dan menaruh koper di kamar, langsung menyusuri jalan dan berharap masih ada restaurant yang masih buka untuk late dinner. Kami berjalan dengan penuh semangat melupakan rasa kantuk ditemani bulan purnama yang tampak gemerlap oleh cahaya.
Chloe dan Sophie berlari kecil menghampiri salah satu restaurant yang masih terang benderang dan semua memesan fish burger versi classic. Setelah menunggu, pesanan ternyata salah. Fish burger versi pedas untuk Sophie dan Chloe serta chicken burger untuk mbak Patsy padahal allergy daging ayam.
Melihat wajah staff yang sudah sudah sangat tua dan peluh keringat di wajah akhirnya kami urungkan niat untuk complain. Mbak Patsy memakan bagian rotinya saja serta Chloe dan Sophie hanya bisa menikmati selada dan tomatnya karena fish pattynya pun sangatlah pedas.
“Tidak apa, lagipula tidak tega karena ibunya sudah tua.” Mbak Patsy menikmati burger yang ala kadarnya dengan penuh senyuman.
“ It’s okay, mama.”Chloe dan Sophie ikut tersenyum lembut , selembut hati mbak Patsy, Chloe dan Sophie malam itu.
“Hurting someone is as easy as throwing a stone in the ocean. But you will never know how deep that stone will go.”