0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

Carlo Petrini, lelaki kelahiran 22 Juni 1949 ini merupakan pendiri gerakan Slow Food internasional. Gerakan tersebut dibentuk pertama kali pada tahun 1986 di Italia dan kini telah tersebar di seluruh penjuru dunia.

 

Pertama kali sosok Carlo dikenal publik adalah tahun 1980-an saat Ia ikut andil dalam kampanye menentang fast food pada pembukaan gerai makanan cepat saji McDonald di dekat Spanish Steps, Roma. Tahun 1983, Carlo membantu mendirikan dan mengembangkan asosiasi nonprofit Italia di bidang makanan dan wine bernama Arcigola. Bersama dengan asosiasi ini Carlo berusaha mencegah pembukaan cabang McDonald di Roma. Sayangnya, usaha pencegahan tersebut saat itu gagal.

 

Meski Carlo pernah gagal, Ia tetap berusaha lagi dan lagi. Tiga tahun setelah kegagalannya dengan Arcigola, Carlo membentuk organisasi baru yang diberi nama Slow Food (1986). Organisasi tersebut dibuat dengan tujuan untuk membuat gerakan mempromosikan makanan lokal, gastronomi dan produksi makanan tradisional. Dengan kata lain, gerakan tersebut bertentangan dengan makanan cepat saji, produksi makanan industri, dan globalisasi.

 

Carlo Petrini sebenarnya adalah mantan aktivis politik dalam gerakan komunis Partai Kesatuan Proletariat (dalam bahasa Italia: Partito di Unità Proletaria, PdUP). Namun pada tahun 1977, Carlo mulai berkontribusi dalam artikel-artikel kuliner untuk Koran harian komunis Il Manifesto dan L’Unità. Lelaki berjanggut abu-abu ini merupakan editor berbagai rumah publikasi dan penerbitan Slow Food Editore.  Ia juga sering menulis kolom mingguan di salah satu Koran tertua di Italia, La Stampa.

 

Carlo Petrini menggambarkan dirinya sebagai seorang gourmet (pencicip makanan) yang profesional. Tujuannya mendirikan Slow Food tidak lain untuk memperjuangkan tradisi daerah, makanan sehat, kenikmatan gastronomi, dan fase lambat kehidupan.

 

Selama lebih dari dua dekade dalam sejarah, gerakan ini telah berevolusi untuk mencakup pendekatan komprehensif terhadap makanan. Pendekatan ini digunakan untuk mengenalkan hubungan yang kuat antara piring makan, planet, manusia, politik, dan budaya.

 

Saat ini gerakan Slow Food telah memiliki puluhan ribu anggota yang tersebar di berbagai negara di seluruh belahan bumi. Tidak ada yang menyangka sebelumnya bahwa gerakan ini akan tumbuh dengan cepat. Padahal Slow Food awalnya hanya bermula dari sebuah obrolan informal bagi para pecinta makanan di Bra, Italia. Obrolan tersebut dimulai dengan sangat sederhana saat berkumpul di pub dan trattoria (restoran Italia yang menyediakan makanan sederhana) di sekitar kota untuk sekadar makan dan meminum wine lokal.

 

Menikmati momen-momen sederhana tersebut membuat Carlo dan teman-temannya merasa sangat bahagia. Namun, Ia sangat menyayangkan bahwa faktanya dalam beberapa tahun kemudian tempat-tempat seperti itu mungkin tidak dapat lagi dijumpai. Pemikiran inilah yang rupanya membuat Carlo semakin tergerak untuk menciptakan perubahan kecil, dimulai dari lingkungannya sendiri.

 

Ada dua peristiwa yang meyakinkan Carlo pada tahun 1986 bahwa Italia sedang dalam keadaan krisis dan membutuhkan uluran tangannya. Pertama, pembukaan gerai cabang McDonald di jantung kota Roma. Kedua, kematian 19 orang dan ratusan warga Italia yang mengalami keracunan akibat mengonsumsi wine murah yang ternyata mengandung metanol.

 

Ketika perusahaan hamburger terkenal dari Amerika itu masuk ke Italia, juga Perancis dan negara lainnya, mereka disambut dengan demonstrasi kemarahan. Meskipun Carlo juga marah, tapi Ia sadar bahwa membuka konflik dengan perusahaan multinasional adalah hal yang sia-sia. Untuk itu, Ia lebih memilih menumpahkan kemarahannya dengan membangun kesadaran bahwa kekayaan makanan tradisional tengah dalam posisi terancam.

 

Cara tersebut dapat dikatakan sebagai strategi perang yang sangat cerdas. Alih-alih melawan dengan menghabiskan tenaga untuk hal yang percuma, perlawanan juga dapat dilakukan secara kasat mata. Misalnya, dibandingkan dengan membuang atau menghancurkan makanan cepat saji, cobalah untuk mulai beralih ke makanan tradisional yang lebih sehat. Membuat makanan yang lezat, ramah lingkungan, juga bersih proses produksinya merupakan prinsip Carlo Petrini yang diwujudkan dalam gerakan Slow Food.

 

carlo petrini carlo petrini carlo petrini

Bagikan ini:
error: Content is protected !!