“You can feel weary and still keep going, but without purpose, everything begins to collapse.”
Saya terdiam setelah mendengar kata kata itu. Jalan di depan tampak biasa saja, lampu bergerak perlahan di kaca namun di dalam diri ada ruang yang terasa lebih lapang.
Saya mulai bertanya pada diri sendiri, bukan tentang seberapa berat hidup, melainkan tentang ke mana ingin melangkah. Untuk siapa saya berjalan dan nilai apa yang sebenarnya ingin saya jaga.
Pantulan wajah di jendela terlihat samar, bercampur dengan cahaya kota. Rasanya seperti melihat seseorang yang terus belajar, tetapi kini lebih tenang, lebih mengerti bahwa setiap pilihan punya makna.
Mungkin ia benar. Hidup tidak tiba tiba menjadi mudah, dan tidak semua hal harus segera terjawab.
Namun ketika kita tahu alasan mengapa kita bertahan, beban itu tidak lagi menekan. Ia berubah menjadi tanggung jawab yang bisa dipikul dengan hati yang lebih stabil.
Letih tetap ada dan hari panjang tetap menunggu, tetapi hadir dengan rasa yang berbeda. Bukan paksaan, melainkan sesuatu yang disadari dan diterima dengan lapang.
Di dalam taxi malam itu, tanpa banyak suara, saya merasa sedang belajar mendengarkan hidup dengan lebih jernih dengan keyakinan bahwa perjalanan ini bukan sekadar bertahan, tetapi memahami arti melangkah.
“The purpose of life is a life of purpose.” Robert Byrne
Part 34.

