“It is not in the stars to hold our destiny, but in ourselves.” William Shakespeare
Pak sopir tersebut tertawa pelan, tertahan, seperti seseorang yang akhirnya melihat jelas sesuatu yang sebenarnya sudah lama berada di sana.
Wajahnya lembut. Ada garis lelah di sudut matanya tetapi ada juga ketenangan yang perlahan muncul. Seperti cahaya kecil yang tidak memaksa, namun cukup membuat segalanya terlihat lebih jelas.
“I think we all already knew,” katanya. “Sometimes we just needed someone to say it out loud.” Saya hanya diam dan mendengarkan hingga akhirnya membiarkan kata kata itu menemukan tempatnya sendiri di dalam kepala.
Saya mengikuti pantulan lampu jalan yang bergerak pelan. Rasanya seperti pikiran sedang diberi ruang untuk duduk sebentar. Udara malam terasa ringan dan kota seolah ikut bernapas bersama kami.
Di dalam hati, saya tahu bahwa semua yang ia ceritakan tadi bukan keluhan. Ia sedang menata. Mengingat apa yang sudah ia pilih, apa yang masih ia jaga dan apa yang sebenarnya tidak perlu ia kendalikan.
Di titik itu, saya juga belajar sesuatu. Kita memang tidak bisa memastikan setiap belokan di depan. Namun kita selalu bisa memilih cara berjalan, cara mendengarkan dan cara menenangkan hati agar tidak tergesa.
Di luar, lampu berubah warna dan taxi kembali bergerak. Malam pun terasa seperti teman yang tahu kapan harus berbicara dan kapan membiarkan keheningan bekerja dengan pelan.
“It is not the load that breaks you down, it is the way you carry it.” Lou Holtz
Part 32.

