“Happiness is not a destination but a companion that quietly walks beside us, often unseen.”
Chris tetap memandang ke depan, namun sudut bibirnya sedikit terangkat, membingkai senyuman samar yang hanya terlihat sekilas. Jalanan menanjak lalu menurun, seakan mengajak kami melihat dunia dari sudut yang selalu berubah.
Di kejauhan, deretan pohon berdiri rapat dan bayangannya berlari bersama mobil, sementara cahaya matahari siang menetes di sela dedaunan. Udara mulai terasa lebih tipis dan setiap tarikan napas membawa bisikan dari pegunungan.
Chloe kembali tersenyum, kali ini lebih lepas, seolah rasa mual yang tadi ia simpan perlahan hilang bersama angin yang masuk dari jendela.
Suara tawa Sophie mengalun pelan, berpadu dengan aroma pepohonan yang menyelinap dari luar. Udara sejuk juga ikut masuk dan setiap hembusannya seakan menyulam keheningan dengan kebahagiaan yang sederhana.
Saya menatap mereka sebentar, lalu membiarkan mata mengikuti pemandangan yang silih berganti di luar kaca. Lembah, sawah, rumah tongkonan dan pepohonan muncul seperti lembaran cerita yang dibuka perlahan.
Di antara semua itu, ada moment singkat namun hangat yaitu senyum yang lepas, tawa yang ringan, dan rasa tenteram yang mengisi mobil kami.
Kebahagiaan rupanya tidak selalu menunggu di ujung perjalanan. Ia bisa saja datang di tengah jalan, menyelinap bersama angin dan aroma pepohonan, lalu menetap diam-diam seperti rumah yang bisa kita bawa ke mana saja.
“The heart remembers not miles traveled but the warmth felt along the way.”
Part 7.