0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“I learned along the way that peace is more valuable than being right. I wasted way too much energy trying to prove to the wrong people. ” Hamza Said

 

Di ujung jembatan, saya sempat menoleh ke salah satu meja. Seorang perempuan berdiri di depannya, menunjuk sebuah sapu tangan dari kain tenun. Warnanya lembut, dengan pola yang bukan buatan machine.

 

Penjual itu memperagakan fungsinya bahwa sapu tangan itu bisa juga dipakai membungkus botol. Tangannya bergerak pelan, mengatur lipatan, lalu memutar dengan sabar sehingga akhirnya bisa membungkus botol dengan indah.

 

Namun pembeli itu menggeleng dan nadanya meninggi, membantah sebelum penjelasan rampung. Ia tak membalas. Hanya diam, menunduk sebentar, lalu merapikan kembali sapu tangan yang tadi dibuka.

 

Saya berdiri agak jauh, tapi cukup dekat untuk menangkap perubahan di wajahnya. Bukan marah, bukan pula tersinggung. Melainkan raut seseorang yang sudah terlalu sering menjelaskan, dan kali ini memilih untuk berhenti.

 

Ia seperti sudah sampai di batas di mana seseorang menyadari bahwa tak semua telinga datang untuk mendengar. Ada yang hanya ingin membantah dan ada yang hanya datang membawa keraguan yang tak ingin diubah.

Penjual itu berhenti menjelaskan, tapi dari caranya diam dan menahan kata, ia menekankan bahwa kedamaian jauh lebih berharga daripada harus benar. Ia tak ingin menghabiskan terlalu banyak energy untuk menjelaskan pada orang yang salah.

 

Saya melanjutkan langkah , tapi di kepala saya, diam si penjual meninggalkan jejak, bahwa kadang menjaga tenang adalah cara untuk mempertahankan ruang dalam diri yang tak ingin lagi disusupi oleh hal-hal yang tak perlu.

 

“These days if it’s cost me my peace then it’s out.It’s done.” Hamza Said

Part 39.

Bagikan ini:
error: Content is protected !!