“Be patient with yourself as you grow. Slow progress is still progress, even if it doesn’t seem like it.”
Hat Yai adalah kota di bagian Selatan Thailand yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Berbeda dengan Thailand bagian utara yang mayoritas penduduknya beragama Budha, di bagian Selatan ini mayoritas adalah muslim seperti di kepulauan Mindanau , Philippines.
Waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi namun saya dan Chloe sudah duduk santai di Tamrad, salah satu restaurant khas Malaysia. Kami menikmati nasi kerabu khas Kelantan berwarna biru cerah dari bunga telang di hiasi renyahnya irisan kubis ungu serta segarnya daun bawang dan daun ketumbar.
Saya mengeluarkan drawing book dan mendesign ulang untuk kesekian kalinya.
“Chloe sayang, mama sudah ganti beberapa kali design chop sticknya tapi dari kemarin belum ada inquiry satu pun. Berbeda dengan kalung dan gelang design mama, ramai buyer-nya.” Saya berkata dengan nada putus asa.
“Ih Mama, tidak sabar, is all about now, now , now padahal mulai design homedecornya baru beberapa bulan. Do you believe in hope or faith ?” Chloe menatap dengan pandangan menyelidik.
“Mama believe akan cinta mama yang sedalam samudra padamu, sayang.”
“Ih mama gombal.” Chloe tertawa kecil.
Percakapan singkat saat sarapan tersebut terkesan sederhana namun buat saya mempunyai deep meaning terutama mengenai ujian kesabaran. True, I cannot put a limit on my attempts to achieve it, because then I am leaning on hope, and not faith.
How bad do I want it ? Berapa banyak kesabaran yang perlu saya curahkan untuk bisa melewati ambang titik menyerah ?
Dear me, more times than not, when you are ready to quit, success lies just around the corner. Remember that.
“You wouldn’t plan a seed and then dig it up every few minutes to see if it has grown. So why do you keep questioning yourself, your hard work, and your decisions ? Have patience, stop overthinking, and keep watering your seeds.”
Steven Bartlett