0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“Happiness is not something you postpone for the future, it is something you design for the present.”

Jim Rohn

 

Pertama kali saya melangkahkan kaki saya ke Fiji, suasana di negara kepulauan ini seakan membawa saya ke lorong waktu, di mana saya sedang berada di Negeri Inggris yang tentunya tidak mengherankan karena Fiji adalah bagian dari Negara persemakmuran Inggris.

 

Negara Fiji yang terkenal dengan laguna birunya adalah salah satu negara kepulauan terindah di dunia, tidak hanya karena keindahan alamnya tapi juga karena kebahagiaan yang selalu terpancar dari seluruh penduduknya.

 

Dari dulu saya selalu curious, dan selalu bertanya-tanya dalam hati, “Kenapa negara ini selalu dinobatkan sebagai negara dengan penduduk yang paling berbahagia di dunia?”, bahkan jika disurvey jawaban mereka hanya ada dua, antara bahagia atau sangat bahagia.

 

Nadi terletak di sisi barat Pulau Viti Levu yang merupakan kota terbesar dan gerbang para turis yang ingin masuk ke Fiji. Setiba di Nadi, saya langsung menuju hotel tempat di mana saya mengikuti short course.

 

Sesampainya di hotel dan menaruh koper, saya lalu berlari keluar menuju City Centre dengan menyetop mini bus local yang terdapat di sekitar Nadi.

 

Tak sabar rasanya ingin menikmati desiran angin dan romanticnya pemandangan matahari menyelinap di antara cakrawala biru dari negara ini.

 

Satu hal yang unik dari negara ini adalah Sulu, pakaian tradisional berbentuk rok yang sejenis kilt, jika dikenakan pada kaum pria akan telihat sangat gagah pada saat dipakai.

 

Saya lalu memasuki salah satu toko yang terlihat paling besar dan ramai dipenuhi oleh para turis. Saya agak bingung mencari ukuran Sulu yang pas. Tidak jauh dari tempat saya berdiri, ada seorang cowok gagah yang memakai Sulu dengan badan menjulang tinggi.

 

Saya lalu menghampiri, “Ni sa bula vinaka (a warm hello), maaf jika saya mengganggu, apakah saya boleh bertanya?”

Yeah, sure thing”, jawabnya dengan senyuman yang ooh la la very exotic.

 

“Jika kamu tidak keberatan, saya ingin tahu ukuran celana kamu?”. Belum sempat saya melanjutkan pembicaraan, dia sudah tertawa terbahak-bahak.

 

Wait, jangan salah persepsi, saya ingin membeli Sulu tapi tidak tahu ukurannya, dan sepertinya ukuran badannya seperti kamu”, jawab saya dengan muka memerah karena malu dan berusaha menjelaskan.

 

“Apakah untuk pacar kamu?”, tanyanya dengan senyuman yang memamerkan seluruh giginya yang putih.

 

“Bukan untuk pacar saya, ini untuk my future husband. Pacar saya sekarang di Amerika, kami pacaran jarak jauh”, jawab saya.

“Jarak jauh? Lho itu pacaran atau tendangan bebas?”, katanya sambil tetap mempertahankan senyum 32 giginya.

 

Saya lalu ikut tertawa cekikikan karena dia orang yang sangat ramai dan ramah. Mengobrol dengannya, seakan mengobrol dengan satu stadium penonton sepakbola. Heboh.

 

“Saya masih dalam pencarian my prince charming sesuai dengan angan saya”, jawab saya dengan suara tegas.

 

“Angan kamu seperti apa, selain badannya tentu yang sangat sempurna seperti saya”, katanya dengan muka narsis bercampur iseng sambil tetap tertawa.

 

“Saya menginginkan perpaduan antara rambut dark brown dan curly dari Roberto Baggio, wajah menggemaskan Mas Nunu (Keanu Reeves) dan mata hijau yang indah seperti batu emerald milik Batigol (Gabriel Batistuta). Saya sangat percaya dengan law of attraction, what I think is what I become.”

 

“Baiklah, sebelum saya memberitahukan ukuran celana saya, kamu harus tahu nama saya dulu. Saya Josateki, pegawai di toko ini and I am at your service, Madame”, sambil bowing dan tangan diletakkan di dada.

 

Rambut plontos, mata hazel dan raut wajah Josateki mengingatkan saya akan perpaduan wajah manly Vin Diesel dan boyish look dari Rob Lowe dengan kulit yang lebih creamy khas cowok Polynesia. Oh, sungguh Vin Diesel rasa caramel macchiato.

 

Saya lalu berkata, “Apa rahasianya semua penduduk disini terlihat selalu bahagia seperti kamu?”

 

“Kami Fijian mempunyai mottoWhat will be, will be karena kami living in the moment. Hey, look, bagaimana jika saya ajarkan kamu bahagia cara Fijian sambil mengajak mengelilingi keindahan alam kami”, jawab Josateki sambil menatap saya.

 

Saya bisa merasakan seakan matanya mengetuk relung hati saya dengan segala keceriaan dan sanguinisnya yang super duper lebay.

 

Karakternya yang sangat mirip membuat saya seperti melihat pantulan diri sendiri di balik badannya yang strong build, namun saya tetap menjawab dengan cepat, “Oh tidak, kalau destiny maybe next time.”

 

No problem, saya juga sangat percaya dengan law of attraction dan saya yakin kita akan bertemu lagi secepatnya. Seperti kata kamu, what I think is what I become”. Pancaran kebahagian makin terlihat di balik senyum exoticnya.

 

”Okay, Jos, I see you when I see you”, kata saya menutup pembicaraan lalu berlari kecil meninggalkan toko tersebut.

 

Pepatah,

“Sakitan mana, kejepit resleting atau pura-pura bahagia?”

 

January 22nd, 2018

 

fiji fiji fiji

 

Bagikan ini:
error: Content is protected !!