“Listen to people when they are angry, because that is when the real truth comes out. Truth hurts, but someone has to say it.”
Unknown
Royal palace yang tepat berada di depan hotel yang kami tempati mengingatkan akan Istana Buckingham di London. Bangunan yang berdiri megah di tengah kota Madrid ini adalah tempat tinggal keluarga kerajaan dan juga dikhususkan untuk upacara dan resepsi kenegaraan. Tak heran mobil tak henti lalu lalang dan para petinggi serta wartawan terlihat turut serta berada diarea itu.
Saya dan mbak Rika baru saja tiba dan diantar ke kamar yang letaknya paling ujung. Disaat pintu dibuka , staff hotel mengingatkan dengan nada tegas “Kalian bisa menginap di kamar ini ,tapi tidak boleh ke balkon atau melihat keluar karena apapun yang terjadi disana adalah top secret”
Saat staff wanita tersebut meninggalkan ruangan, saya segera berlari membuka pintu balkon secara perlahan dan mencoba mengintip diantara celah karena keingin tahuan yang sangat tinggi. Mbak Rika langsung mengingatkan, “Mbak Sarah, ingat kata mbak bule , dilarang melihat keluar”
“Kalau mengintip masa sih tidak boleh ?” “Sama saja mbak” Mbak Rika berkata dengan intonasi kalem. Saya menutup perlahan pintu namun masih penasaran dan kembali mengintip di antara pintu kayu. “Mbak Sarah, nggak boleh “ Mbak Rika memperingatkan kembali.
“Oh iya , tidak boleh yah. Lupa”sambil tertawa cekikikan. Security guard tampak berjejer karena balkon kami tepat menghadap pintu belakang dari Royal palace tersebut.
Saya berkata ke mbak Rika, “Wah so romantic , tiap kita bobo dijaga oleh banyak security guard. Serasa anak sultan yah, mbak” Kami pun mandi dan langsung tertidur sampai tak terasa hari sudah gelap disaat kami membuka mata. Setelah berganti pakaian lalu keluar untuk mencari linner ( lunch dinner ) disekitar.
Posisi hotel yang tepat berada 0 km dari city centre membuat segalanya mudah termasuk mencari makanan, bahkan terdapat 3 carrefour express store jika membutuhkan aneka makanan serba praktis. Saya mengambil Paella dan buah, mbak Rika memilih salad dan buah segar. Ada berbagai jenis dessert terpajang yang sungguh menggoda.
Terdapat tarta de santiago yaitu kue yang terbuat dari almond yang renyah dengan taburan gula halus dan Mel i mato yaitu keju catalan dengan topping kacang walnut.
Segala macam pudding ikut meramaikan jejeren desert diantaranya Arroz con leche atau puding beras serta Crema catalane yaitu puding dengan kerak gula yang dibakar pada bagian atasnya. Looks so yummy.
Di rak atas terlihat tarta de queso yang merupakan cheesecake khas Spanyol. Semuanya seakan memanggil saya dengan lembut, Sarah, ayo, tapi perasaan jetlag mengalahkan godaan itu.
Sesampai di hotel dan menikmati nasi goreng ala Spanyol, saya mencoba menaruh tempat sampah yang berisi sisa makanan di balkon . Di saat membuka pintu besar berbahan kayu tersebut secara mendadak , seakan sebongkah pohon tumbang dan terhempas di keheningan malam.
Sekelompok polisi penjaga yang tepat berada dibawah menengok ke balkon dengan curiga dan dengan sigap mengarahkan senjata mereka kearah saya. “Oh perdón, Senor “sambil menundukkan kepala berkali-kali untuk minta maaf dan mundur perlahan seraya menutup pintu balkon.
“Mbak, aku hampir ditembak sama guard-nya” Mbak Rika tersenyum ” Tidak mungkin ditembak, tapi memang mbak Sarah buka pintu heboh sekali”
Saya akhirnya membawa tempat sampah keluar kamar dan menaruhnya di hallway. “Jangan mbak, biarkan saja di dalam kamar.Tidak boleh taruh diluar lho. “
“Aroma seafood dari paella–nya kuat sekali, pusing.Masa tidak boleh ?”tetap bersikeras menaruh tempat sampah diluar kamar. Keesokan harinya, disaat kami baru pulang dari venue setelah menata booth untuk persiapan tradeshow, receptionist laki-laki berbadan tinggi besar dan tidak bisa berbahasa Inggris sama sekali langsung berkata dengan suara tinggi.
Ia menatap saya , bukan ke mbak Rika sepertinya tahu kalau saya yang melanggar peraturan karena menaruh tempat sampah diluar. Saya menyadari kalau salah, sehingga hanya diam membisu dan berkata “Si Senor, gracias”setelah ia selesai meluapkan amarahnya.
Sesampai di kamar, mbak Rika akhirnya tertawa mengingat ekspresi saya yang pasrah saat di marahi dan berkata “Mbak Sarah diomelin pakai bahasa spanyol”
“Iya nih” sambil tepuk dahi masih dengan posisi pasrah. Dalam hati saya berjanji tidak akan melanggar peraturan lagi. Saya akhirnya menyadari bahwa I need to live my life by the rules, not by my feelings. Always.
Dear mbak Rika, you are so wise and a great example to others around you and I admire you for that.
“There are two types of pains, one that only hurts you and the other that changes you into a better person”
Unknown
February 19th, 2022