“It was character that got us out of bed, commitment that moved us into action, and discipline that enabled us to follow through”.
Zig Ziglar
Musim gugur yang dimulai pada bulan September, ditandai dengan pohon yang dedaunannya mulai menguning, berubah menjadi coklat, lalu mengering, dan pada akhirnya daun tersebut berhamburan jatuh ke rumput.
Indonesia memiliki kota hujan yang bernama Buitenzorg, atau yang lebih kita kenal dengan sebutan Kota Bogor, di Inggris mempunyai Manchester sebagai kota hujannya. Setelah dari Leeds University, saya melanjutkan kuliah ke Manchester University yang jarak tempuhnya memakan waktu sekitar satu jam dengan menggunakan bus.
Sangat bahagia rasanya, karena impian bisa masuk universitas yang dikategorikan sebagai Top 3 Law School di Inggris pada zaman itu terwujud. Bukan hanya itu saja, rasa bahagia karena bisa tinggal satu kota dengan sang idola yaitu Eric Cantona.
Dengan kerah baju yang selalu dinaikkan, serta memiliki tatapan tajam melebihi tajamnya silet, menambah kesan misterius dari pemain bola Perancis ini. Gerakan khas yang bikin gemas adalah pada saat Cantona menaikkan kerah dengan tatapan agak arrogantnya.
Saya memutuskan tinggal di Moberly Hall, gedung berlantai 15, dimana dua lantainya adalah untuk wanita yaitu di lantai 5 dan lantai 8, dan selebihnya adalah lantai untuk pria. Saya tinggal di lantai 8 dan kamar saya menghadap tepat dengan faculty of law, kampus saya.
Di dalam setiap lantai hall kami, ada 14 kamar, 7 kamar menghadap Oxford Road dengan pemandangan law school, dan 7 kamar lainnya menghadap ke belakang dengan pemandangan yang tak kalah indahnya, yaitu stadium Manchester City jika dilihat dari kejauhan.
Hari pertama saya di kampus, saya berangkat sangat pagi, karena ingin duduk paling depan. Bukan karena sok pintar, tapi berharap dapat teman baru yang rajin dan biasanya yang rajin pasti duduknya di depan.
Dengan pedenya, saya langsung membuka pintu dan saking semangatnya, pintunya terbuka hingga terbanting keras ke dinding kelas. Saya sedikit terlompat, karena kaget dengan suara yang saya timbulkan di tengah keheningan pagi itu.
Disaat masuk, saya makin terlompat kaget, ternyata sudah ada satu mahasiswa berada di dalam ruangan. Saya langsung tersentak dan mau mundur tiga langkah, tapi setelah sadar ada penampakan cowok yang misterius, saya maju perlahan dua belas langkah sambil mengibas poni. Dia duduk paling depan sembari membaca buku yang berukuran tebal.
Cowok misterius tersebut berambut hitam mengkilap, lebat dan lurus, serta memiliki kulit yang putih bersih. Dia menengok dengan senyum yang menawan sedikit karena senyum menawan banyak tetap milik calon pacar saya suatu waktu nanti.
Senyumnya terlihat cerah ceria dari bibirnya yang berwarna pink, seakan-akan matanya pun juga ikut tersenyum. Saya membalas dengan senyum lebar dan melambaikan tangan.
Raut wajah Asianya mengingatkan saya akan tokoh Thio bu Ki di film seri silat To liong to yaitu Tony Leung, sedangkan mata Eropanya sangat mirip mata Eric Cantona yang mungil dan tatapan setajam pisau pemotong daging.
Awalnya dia sangat pemalu, tapi setelah mengobrol dan saya mulai melemparkan jokes, dia tertawa terbahak-bahak dan saya tertawa cekikikan kesenangan, sampai berkata kepadanya, “Oh ternyata selera humor kita sama ya.”
Setelah mengobrol ngalor ngidul, tebakan saya benar, dia berasal dari Kazakhstan dan keturunan suku Mongol karena wajahnya memang perpaduan Asia dan bule.
Saya lalu mengambil posisi duduk di meja sampingnya. Setelah pelajaran usai, saya siap melesat ke pintu, tiba-tiba bahu terasa ditepuk dari belakang.
Ternyata Arsyl memberikan isyarat agar saya bersabar dan berkata, “Nanti saja, tunggu semua keluar, kita brainstorming dan recap pelajaran terlebih dahulu mumpung masih hangat di otak”.
Untuk merekap ulang cukup 10 menit saja kemudian selesai. Disaat berjalan pulang, kami akhirnya tertawa terbahak-bahak dan cekikikan lagi, karena ternyata kami tinggal di Hall yang sama, cuma dia duluan yang sampai karena kamar Arsyl berada di lantai 6.
Di perjalanan pulang saya bertanya, “Kamu disiplin sekali ya, datang paling cepat, pulang paling terakhir”. Senyumnya penuh ciri khas yang merupakan perpaduan antara sayur bening dan senyum ala Eric Cantona, dia hanya berkata “Prinsip hidup saya, rule your mind or your mind will rule you”.
Sesuai pepatah,
Selalu ada anak di kelas, ketika murid lain sibuk mengerjakan PR pagi pagi dan dia malah nanya,”emangnya ada PR?”
Trackbacks/Pingbacks