0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“Don’t take ‘no’ for an answer. Keep knocking down walls until someone says ‘yes.” Unknown

 

Hanya deru suara ac dan alunan music yang menemani langkah saya dan mbak Ayu malam itu menuju receptionist di Premium Lounge Changi Airport.  Di dekat jendela besar dengan view pesawat yang landing dan lepas landas, terdapat aneka makanan yang melimpah ruah.

 

Meja besar didominasi dengan aneka menu Eropa dan di meja yang lain, terlihat pilihan makanan khas Singapore mulai dari laksa hingga aneka olahan mie.  Saat mengalihkan pandangan ke sudut yang lain, bar dengan aneka minuman alcohol dan non alcohol,  serta beragam pilihan tea dan coffee import ikut meramaikan daftar menu. Tak jauh dari situ, terlihat suguhan dessert mulai dari ice cream  hingga aneka kue.

 

Walau pun makanan yang mewah melimpah di depan mata, saya  hanya mengambil satu buah apple serta menyeruput cammomile tea. Mbak Ayu mengambil satu buah pear ditemani secangkir English tea.

 

Setelah mandi, kami pun tertidur dengan sangat lelap karena kelelahan setelah jadwal tradeshow ke beberapa negara yang sangat padat. Tepat jam 3 subuh alarm berbunyi namun tak terdegar sama sekali saking lelahnya.

 

Tak lama, mbak Ayu terbangun dengan wajah panik karena nyaris ketinggalan pesawat. Ia  langsung menyambar jaket dan saking buru-burunya  tak menyadari kalau boarding pass kami ternyata tertukar.

 

“Sampai jumpa next month di negara  yang lain yah , mbak”  Saya membuka mata sekejap dengan suara masih menahan kantuk dan mengucapkan salam perpisahan.

 

“Iya sampai jumpa, Sarah.”  Ia lalu berlari sangat kencang menuju gate dan baru menyadari kalau boarding pass kami tertukar di saat ingin memasuki pesawat.

 

Awalnya mbak Ayu tidak diizinkan  tapi  setelah adu argumen akhirnya berhasil meyakinkan petugas di gate untuk bisa boarding berdasarkan passport ditangannya dan bukan berdasarkan boarding pass.

 

Mbak Ayu mengirimkan pesan singkat kepada saya kalau ticket kami tertukar dan perlu meminta boarding pass baru sebelum ke gate. Setelah mandi, terlebih dahulu menikmati sarapan pagi ciri khas local yaitu laksa Singapore.

 

Laksa putih terbuat dari  mie beras yang diberi kuah kari yang pedas  dari perpaduan potongan cabe dan taburan merica, dicampur dengan topping yang melimpah ruah mulai dari udang, kerang, perkedel ikan, dan gurihnya kacang goreng.

 

Tak lupa, teh tarik hangat dan ditutup dengan menikmati ice cream. Tidak tahu apakah rasa rindu yang memuncak dengan anak-anak atau lagi kelaparan, saya sampai memilih 3 scoops pilihan rasa sesuai dengan warna favorite mereka. Pinky strawberry, Green Matcha dan Minty blue.

 

Perut sudah terasa hangat, waktunya berjalan keluar dari lounge dan meminta ticket baru di ticket desk. Setelah itu melanjutkan langkah kaki ke Cactus Garden yang disambut dengan ratusan jenis cactus yang selalu tumbuh subur di dataran tandus benua Africa.

 

Menelusuri cactus garden mengingatkan moment disaat saya dan kedua sahabat semasa kuliah yaitu Tilahum dan Michael mengunjungi botanical garden dari University of Basel di Swiss.

 

Mereka layaknya guide local, menjelaskan berbagai jenis cactus, mulai dari yang beracun hingga yang aman untuk dimakan salah satunya yaitu Prickly Pear Cactus.

 

“Rasanya seperti apa ? Kalau di Indonesia, ini sangat mirip dengan cactus centong, cuma ukurannya lebih kecil dibanding yang versi Africa.” Gurat wajah takjub terpancar diwajah saya.

 

“Rasanya segar,  bisa dibuat aneka jenis mulai dari jelly, syrup bahkan candy.” Michael menjelaskan sembari tersenyum melihat ekspresi wajah saya.

“Lebih enak jika dijadikan salad atau dicampur didalam masakan.”Tilahum menambahkan.

“Wah kalau makan cactus salad apakah saya akan bisa sekuat Superman?” Mengomentari dengan iseng.

 

“Tanpa dimakan pun, filosofi  hidup cactus bisa menginspirasi kamu untuk selalu sekuat superman. Bayangkan, cactus bisa hidup di gurun pasir bahkan masih bisa berbunga diketerbatasan sumber mata air.“Michael menerangkan.

 

“Jadi kamu  harus  setangguh cactus karena dalam setiap tantangan hanya ada satu pemenang, let it be you, Sarah.” Tilahum memperjelas argumen Michael.

Saya  tersenyum diantara tanaman berduri tersebut, mengingat sikap persistence mbak Ayu dengan ticketnya serta percakapan singkat di Basel saat itu.

 

It’s  true, once I tell my mind that there is a way, my mind will not stop to find solution until I can overcome that challenge.  I just need to trust that I am  always stronger than the challenge.

 

“Be the kind of woman that when your feet hit the floor each morning the devil says ‘Oh Crap She’s Up’.”

Unknown

April 28th, 2022

Bagikan ini:
error: Content is protected !!