0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“Nothing in this world can take the place of persistence. Talent will not; nothing is more common than unsuccessful men with talent. Genius will not; unrewarded genius is almost a proverb. Education will not; the world is full of educated derelicts. Persistence and determination alone are omnipotent. The slogan Press On! has solved and always will solve the problems of the human race.” Calvin Coolidge

 

Suasana pagi yang berkisar 13 derajat celcius dengan ditemani teriknya matahari menyambut saya, mbak Yovi dan mamanya yang baru saja tiba di Sydney Kingsford Smith Airport, yang jaraknya sekitar 8 km dari pusat kota.

 

Kota Sydney yang dikenal dengan julukan The Harbour City atau Kota Dermaga adalah kota yang terbesar di Australia sehingga tak heran begitu kami sampai di apartment , kami langsung ingin jalan-jalan menikmati keramaian suasana kota.

 

Perbedaan waktu 4 jam  antara Jakarta dan Sydney  untungnya tidak membuat kami mengalami jetlag, mungkin juga karena ritme tubuh kami yang sudah terbiasa melakukan perjalanan non stop traveling ke luar negeri.

 

Setelah menaruh beberapa koper besar yang penuh berisi product untuk display di venue pameran keesokan harinya, kami lalu bergegas turun dari apartment. Tujuan utama kami awalnya adalah melihat suasana dermaga dan opera house yang  hanya berjarak 5 menit jalan kaki dari tempat kami tinggal.

Nafas tercekat ketika kami melihat keindahan didepan mata seperti saat itu. Kami sungguh menikmati keanggunan bentuk Sydney opera house yang merupakan hasil desain dari Jorn Utzon, seorang arsitek Denmark yang terinspirasi dari bentuk jeruk yang terkelupas.

 

Memang jika diamati lebih lama, dari kejauhan bentuk atap setengah lingkaran yang belasan cangkangnya diselimuti oleh ubin dari Swedia ini mengingatkan saya akan bentuk jeruk Bali.

 

Kekaguman kami tak berhenti disitu, system penyejuknya menggunakan seawater cooling system yaitu air laut yang dialirkan langsung dengan menggunakan pipa dengan panjang puluhan kilometer.

 

System yang ramah lingkungan ini mampu membuat ruangan menjadi lebih sejuk atau pun hangat. Konon setiap ada pertujukan Symphony Orchestra, suhu bangunan akan diatur pada suhu 22,5 derajat Celsius agar suara instrumen selaras dan senada sepanjang konser. Amazing.

 

Disalah satu sudut terlihat pasangan bahagia yang sedang melakukan foto prewedding untuk berjanji seia sekata. Sangat romantic.

 

Tak lama kemudian mbak Yovi berkata, “Sarah kita ke Daiso yuk, di dekat sini ada Daiso lho , tadi baru lihat di google.” “Wah, ayo, mari kita berangkat”Saya menjawab dengan penuh semangat.

Daiso, toko dengan tagline a variety wonderland yang asalnya dari Jepang adalah salah satu toko favorit kami setiap kali mengadakan tradeshow di  Jepang.  Mulai dari peralatan kue dari bahan silikon dan bahan pembuat bento hingga cara cerdas untuk mendandani rumah dengan segala pernak perniknya ada disini.

 

Di Indonesia waktu itu belum ada Daiso, kalau pun ada seperti sekarang, namun perlu kami akui koleksinya tidaklah selengkap dengan yang kami temui di Jepang. Harganya murah namun dengan kualitas tinggi standard Jepang.

 

Kami memutuskan  untuk berjalan kaki menyusuri jalanan sepanjang city centre karena jaraknya masih walking distance dari tempat kami berada sekarang. Tak terasa sudah lebih dari dua jam kami  membelokan badan ke kiri ke kanan melintasi banyak gedung, café  dan toko tempat perbelanjaan mewah sehingga kaki sampai bengkak dan telapak kaki lecet.  Kami sudah kehilangan arah, tidak  tahu lagi mana timur dan mana barat.

 

Rasanya seperti tersesat di rimba raya mahaluas namun kami tidak menyerah. Kami sempat beristirahat beberapa kali untuk memijat kaki lalu kembali melanjutkan perjalanan walaupun sudah sempoyongan.

 

Banyaknya ruas jalan yang mirip sehingga tidak mudah untuk menemukan gedung tersebut. Kami sempat bertanya ke puluhan orang, namun tak ada yang tahu dimana toko Daiso yang kami maksud.

“Pokoknya kita cari sampai dapat ,Sarah”

“Iya,mbak Yov, nyasar di  Jepang saja pada akhirnya bisa ketemu, padahal tulisan kanji. Lanjut mbak, harus ketemu” Akhirnya ketemu juga dan ternyata lokasinya di Regent place tak jauh dari Townhall Event Cinemas.

 

Kami serempak bersorak dan melompat kegirangan lupa kalau kaki sudah tak berbentuk. Prinsip teguh yang mbak Yovi canangkan dan selalu kami pakai disaat traveling bersama yaitu“Kita kan tetap ala princess kalau jalan jauh, kaki tidak mau capek capek” saat itu kami kesampingkan.

 

Kegigihan kami telah mengalahkan prinsip teguh tersebut. Setelah pulang dari Daiso kami langsung memanggil taxi untuk kembali memanjakan kaki tentunya dengan  hati puas sambil mengelus tas belanja Daiso kami.

 

They key of persistence opens all door closed by resistence ”

John Di Lemme

February 14th, 2022

Bagikan ini:
error: Content is protected !!