“Slow steps reveal the paths we might have missed in a hurry.”
Sophie akhirnya mengambil satu potong juga, tangannya sempat berhenti sejenak seolah memastikan Nigel dan Chloe sudah menikmati pisang gorengnya masing-masing.
Begitu gigitannya masuk, ia tertawa kecil karena pisang yang tadi masih mengepulkan uap tipis kini sudah agak dingin, sejuk oleh udara pegunungan, tapi tetap hangat saat digigit.
Tawa itu membuat Chloe ikut tersenyum, sementara Nigel hanya menggeleng sambil menahan senyum.
Di tengah moment sederhana itu, saya tersenyum membayangkan jika mereka berebut dan terburu-buru langsung mengambil pisang goreng saat piringnya datang, pasti akan kecewa karena masih sangat panas.
Sophie mengajarkan dengan kepolosannya bahwa menunggu sebentar tidak selalu berarti kehilangan rasa, justru membuat kita lebih siap untuk menikmatinya dengan utuh.
Pelajaran datang bukan hanya dari moment menikmati pisang bersama, tapi juga dari jeda di antara gigitan. Potongan pisang yang baru digoreng mengeluarkan aroma manis yang perlahan menyatu dengan hembusan angin sejuk pegunungan.
Setiap hembusan yang menyentuh pipi mengingatkan bahwa kesabaran dan menunggu sesaat mampu membuat rasa lebih utuh. Sama seperti hidup, di mana hal-hal yang kita nantikan terasa lebih manis ketika tiba pada waktunya.
“When we stop rushing, the small wonders appear.”
Part 12.

