“Life feels lighter when happiness runs ahead of the outcome.”
Mobil terus melaju pelan melewati deretan rumah yang hangat tersapu cahaya matahari yang mulai condong. Di kejauhan, lereng-lereng hijau berdiri tenang, dan lebih jauh lagi tampak silhouette pegunungan Latimojong yang menjulang samar.
Jalan berliku masih menyimpan sisa terik siang yang mulai reda, sementara angin sejuk pegunungan masuk lewat jendela yang sedikit terbuka, membawa aroma tanah basah bercampur wangi kayu bakar dari dapur-dapur sederhana.
Dari halaman rumah yang kami lewati, terdengar suara anak-anak bermain dan tawa mereka pecah di udara jernih yang terasa sejuk meski matahari masih cukup tinggi.
Mata Chloe mengikuti bola yang bergulir di antara kaki-kaki kecil itu, lalu berbisik pelan, “They don’t care about winning or losing, they all look happy no matter which side the ball goes.”
Saya tersenyum, “Iya, mungkin itu juga cara kita belajar sabar pada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan, sayang.”Hening kembali mengisi mobil, tapi bukan hening yang hampa.
Dalam kehenngan, ada banyak hal yang bisa dipetik, mulai dari tawa anak-anak di halaman, bengkel kecil yang memberi kami harapan hingga ke jeda yang awalnya terasa berat tapi ternyata menyimpan banyak pelajaran.
Kebahagiaan itu ternyata tidak selalu datang dari hasil akhir. Bahagia bisa lahir dari cara kita menjalani hidup karena yang membuat hidup terasa ringan adalah keberanian untuk menemukan sukacita di setiap detik moment perjalanan.
“Patience grows when we release the need to control.”
Part 39.