0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“What the arms can’t reach, a smile gently holds.”

 

Langit sore masih menyisakan cahaya yang lembut, seperti tumpahan susu di balik tirai awan tipis.  Jalanan menyisakan debu yang mengering dan menggurat kaca jendela dengan pola yang tak beraturan.

 

Di dalam mobil, Chloe dan Sophie duduk berdampingan dalam keheningan yang akrab.  Tak ada percakapan selain deru halus mesin. Tapi justru dalam diam seperti itu, kedekatan terasa lebih utuh.

 

Saya menatap mereka sebentar, lalu kembali memandang ke luar. Guratan debu di kaca mulai memudar, tersapu angin yang masuk perlahan.  Tapi ada sesuatu yang justru menetap yaitu senyum mereka.

 

Bukan hanya di kaca tapi di tempat yang lebih dalam yaitu di dalam hati. Mungkin itulah sebabnya, meskipun anak-anak terus bertumbuh dan suatu hari nanti akan meninggalkan rumah, saya tak perlu takut kehilangan mereka.

 

Selama senyum itu masih mereka bawa, saya tahu mereka tak benar-benar jauh karena senyum adalah bahasa pertama yang kita kenal, dan mungkin juga yang paling kita butuhkan.

 

Senyum adalah bahasa pertama yang kita kenal, dan mungkin juga yang paling kita butuhkan. Ia hadir sebelum kita bisa menyusun kalimat dan tahu cara meminta atau menjawab.

 

Ia muncul bukan dari logika, tapi dari kehangatan.Sebuah isyarat kecil, tapi mampu menjembatani jarak, menenangkan hati, dan membuat kita merasa dilihat, bahkan saat tak ada satu kata pun yang terucap.

 

“Distance may stretch the miles, but never the meaning of a smile.”

Part 15.

Bagikan ini:
error: Content is protected !!