“Harmony is achieved when relationships are built on trust and respect.”
Rembulan tersenyum malu-malu di balik jendela, memantulkan sinarnya yang lembut ke dalam ruangan. Percakapan kami mengalir seperti sungai yang tenang. Saya menatap anak muda itu, sorot matanya menyimpan kedalaman yang lebih dari sekadar kata.
“Guanxi,” katanya pelan, “adalah inti dari bagaimana hubungan berjalan di sini. Dalam business, misalnya, guanxi bisa membuka pintu ke peluang yang tidak mungkin dicapai hanya dengan modal atau keterampilan. Kepercayaan adalah alasan utama banyak kesepakatan bisa tercapai.
Saya mengangguk pelan, membayangkan jaringan halus yang menghubungkan individu. “Jadi, guanxi adalah cara menciptakan kepercayaan, di mana dalam negosiasi business, hubungan pribadi sering kali lebih menentukan daripada angka di atas kertas.”
“Benar,” jawabnya sambil tersenyum. “Namun, guanxi tidak hanya penting dalam business. Dalam politic dan kehidupan sehari-hari, hubungan seperti ini menjadi cara orang menjaga harmony dan saling mendukung.”
Saya menatap keluar jendela, membayangkan bagaimana guanxi menyerupai akar pohon raksasa yang saling terhubung di bawah tanah, menopang dan memberi kehidupan pada apa yang terlihat di permukaan. Setiap simpul adalah hubungan yang memperkuat keseluruhan.
“Guanxi,” saya berusaha meresapi penjelasannya, “adalah seni membangun dan menjaga hubungan. Tidak hanya untuk meraih sesuatu, tetapi juga untuk menciptakan fondasi yang kokoh yaitu kepercayaan, rasa hormat, dan loyalitas.”
Ia mengangguk “Di sini, tak ada yang berjalan sendiri. Guanxi adalah simpul yang menyatukan kami semua.” Di tengah aroma soup dan bisikan angin, saya merasa guanxi adalah jalinan tak kasat mata yang menciptakan hubungan yang lebih dari sekadar transaksi.
“True strength lies in a network of relationships that support each other.”
Part 3.