0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“There were some free bagels and they had picnic tables set up. On one side was a group of volunteers. On the table were boxes of bagels and on the other side was a long line of runners waiting to get their free bagel. I said to my friend, “Let’s get a bagel.” He looked at me and said, “The line is too long.” I said, “Free bagel.” He said, “I don’t want to wait in line.” I was like, “Free bagel.” He says, “Nah, it’s too long.”

That’s when I realized that there’s two ways to see the world. Some people see the thing that they want, and some people see the thing that prevents them from getting the thing that they want. I could only see the bagels. He could only see the line.”

Simon Sinek –  The author of The Infinite Game.

 

Jepang merayakan keindahan cinta tidak hanya sekali tetapi dua kali dalam setahun, perayaan pertama pada tangal 14 February yaitu  valentine day, dimana para wanita memberikan chocolate kepada pria yang mereka sukai.

 

Perayaan kedua pada tanggal 14 Maret yaitu White Day dimana para pria membalas kado valentine yang mereka terima sebulan lalu. Tradisi tersebut berawal di Fukuoka puluhan tahun silam yang idenya dicetuskan oleh Ishimura Manseido.

 

Saya, mbak Yovi, Dion anak dari mbak Yovi dan Mbak Ayuk , staffnya yang gesit akhirnya bisa menjejakkan kaki di Fukuoka, kota asal muasal white day ini.

 

Kami berempat menggunakan jalur berputar ala angkot  yaitu saya dari Denpasar dan Mbak Yovi dari Jogjakarta. Kami bertemu di Jakarta lalu  lanjut transit di Hong Kong ke Taipei dan akhirnya mendarat  di Fukuoka .

 

Rintangan tak hanya dari jarak tempuh juga sport jantung disaat nyaris ketinggalan connecting flight berikutnya.  Waktu transit sangat  singkat karena delay sewaktu di Hongkong sehingga disaat pintu pesawat dibuka kami langsung berlari sepanjang lorong pesawat sambil berteriak, “Excuse me, sorry,  excuse me.”

 

Usain Bolt, pelari tercepat dunia seakan mempunyai kembar empat saat itu dan lorong pesawat hingga karpet menuju gate di Taipei airport menjadi running track ala olympiade kami.

 

Disaat kami berhasil menjejakkan kaki di Fukuoka airport, seakan pengalungan medali emas dileher masing-masing karena berhasil mencapai finish line.  Saya tersenyum ke arah mbak Yovi, Dion dan Mbak Ayuk dan berdecak kagum akan kegigihan mereka.

 

Rekaman memory itu muncul kembali disaat saya datang beberapa minggu yang lalu ke kantor BPOM.

“Hallo,  Pak, saya lagi.”

“Eh ibu belum selesai juga?” dengan pandangan takjub.

“Sudah dua, tapi masih ada saudara-saudaranya yang belum. Product keju dan susu bubuknya sabar menanti. Jangan bosan ketemu saya terus, Pak. ” Saya tersenyum lebar dengan mata berkilat.

 

“Ibu sering banget datang jadi  hafal. Yang lain banyak yang nggak nongol lagi.“ Ikut tersenyum lebar.

 

Disaat menunggu nomor antrian, teringat kenangan disaat menjadi kembaran empat Usain Bolt karena perbincangan singkat dengan bapak security.  Focus saya adalah mendapatkan Izin Edar BPOM untuk semua product sehingga rintangan tetap saya terobos walau pun saya  harus  menguras air mata hingga berember-ember.

 

Cita-cita yang setinggi langit bukanlah suatu hal yang menakutkan, yang menakutkan apabila saya berhenti mempunyai cita-cita yang besar. Bukankah rintangan yang setinggi gunung dan sedalam lautan hanya bisa dilalui dengan   semangat setinggi langit dan sedalam samudra ?

 

Sesungguhnya rintangan terbesar adalah menakuti diri sendiri akan rintangan yang dihadapi. Saya harus selalu focus  pada tujuan dan mengisi hati dengan keyakinan  akan  pertolongan Allah.  Dengan izin Allah, hanyalah masalah waktu kapan hal itu akan tercapai.

 

“Skiers know this. If you say don’t hit a tree, you’ll hit a tree. You won’t be able to find a path because all you see is millions of trees. If you say only follow the path, you actually don’t see any trees. There’s actually very sparse tree.

There’s plenty of path, there’s plenty of snow. It’s the same thing for you. If you focus on the obstacles, all you will see is obstacles.

If you focus on the path through the trees, all you will see is path through the trees. It’s your choice how you choose to perceive your own career. It’s literally perspective.”

Simon Sinek –  The author of The Infinite Game

March 20th, 2022

Bagikan ini:
error: Content is protected !!