0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

John Lewis & Partners adalah jaringan department store yang di tujukan untuk kalangan kelas atas yang beroperasi di seluruh Inggris. Mereka juga mempunyai cabang di Republik Irlandia dan Australia.

 

Department store  ini dimiliki oleh John Lewis Partnership, yang di bangun oleh Spedan Lewis, putra dari pendiri, J Lewis, pada tahun 1929. Toko ini pertama kali dibuka pada tahun 1864 di Oxford Street, London.

 

Toko ini telah menjanjikan sejak tahun 1925 yaitu “never knowingly undersold”atau tidak pernah menjual lebih rendah, sebuah frasa yang digunakan sebagai slogan. Mereka akan selalu setidaknya mencocokkan dengan harga yang lebih rendah dari yang ditawarkan oleh “pesaing high street nasional”.

 

Department store ini mempunyai cabang sebanyak 50 toko di seluruh Inggris, Skotlandia dan Wales, termasuk di antaranya ada 12 toko “at Home”, dan toko “format fleksibel” di Exeter, York dan Chelmsford.

 

John Lewis dan Format Toko At Home

Pada tahun 2009, department store tersebut mengumumkan format baru toko  mereka yaitu “John Lewis at Home“. Toko ini  pertama dibuka di Poole pada bulan Oktober 2009. Toko “at home” terletak di dalam kawasan belanja yang sudah ada sebelumnya, dan fokus menjual peralatan Listrik, rumah dan produk Teknologi.

 

Department store  di bidang mode ini semakin menunjukkan tekadnya untuk melindungi bumi dan lingkungan sehingga mereka melakukan program  yaitu membeli kembali pakaian yang dikenakan oleh customer . Jika para pelanggan tidak menginginkannya lagi, tujuannya adalah untuk mengurangi dampak industri mode di planet ini.

 

John Lewis dan Misi Hijaunya

Pelanggan dapat menjual pakaian lama kembali dengan menggunakan aplikasi perusahaan sosial Stuffstr. Perangkat seluler akan menghitung jumlah yang akan diterima pelanggan untuk barang-barang lama mereka.

 

Setelah itu  jika mereka mengumpulkan sejumlah 50 poundsterling atau lebih, maka kurir akan mengumpulkan potongan-potongan pakaian sisa tersebut dari rumah pelanggan mereka. Pelanggan kemudian akan menerima kartu berbentuk e-gift atau voucher dari John Lewis untuk jumlah barang yang terjual.

 

Mereka merasa bahwa Stuffstr dapat menawarkan solusi unik untuk masalah khusus tersebut, yang menunjukkan nilai barang yang tidak lagi mereka pakai. Selain itu  mendorong mereka untuk mengubah kebiasaan mereka untuk membeli barang berkualitas tinggi sehingga bisa bertahan lebih lama.

 

Barang yang dibeli kembali tersebut akan dijual kembali, tetapi sebelumnya diperbaiki untuk dijual kembali atau didaur ulang menjadi produk baru. Barang  yang tidak diinginkan dapat dibuat menjadi pakaian baru kembali.

 

Tahun lalu menurut data dari Guarian, mereka berhasil mengambil kembali lebih dari 27.000 produk listrik dan 2.000 sofa digunakan untuk upcycling, dan bahan daur ulang dari 55.000 kasur.

 

Inisiatif ini adalah yang pertama dengan menawarkan insentif keuangan kepada pelanggan yang terlibat dalam sistem mode “ujung ke ujung”, sehingga pakaian bisa digunakan lebih lama dan kemudian dijadikan produk baru di akhir siklus hidup pertama mereka.

 

M & S pernah meluncurkan skema schwopping pada tahun 2012, dan H & M dan Zara sejak itu memperkenalkan tempat sampah daur ulang di dalam toko, tetapi industri harus melukiskan visi yang lebih jelas tentang seperti apa ekonomi melingkar itu, dan mengapa itu penting.

 

Saat ini, 87 persen dari limbah fashion telah ditimbun atau dibakar, menurut statistik yang terungkap di Copenhagen Fashion Summit. Ini merupakan masalah besar ketika kita mempertimbangkan bahwa kita telah menggandakan jumlah pakaian yang kita pakai dalam 15 tahun terakhir.

 

John Lewis berkomitmen , bahwa jika tidak dapat dijual kembali atau diperbaiki dan dijual kembali, barang tersebut bisa dijadikan barang baru. Tugas konsumen adalah untuk selanjutnya membeli barang yang kualitas lebih tinggi sehingga tidak perlu lagi membuang barang-barang lama tersebut karena tetap awet.

 

john lewis john lewis john lewis john lewis john lewis

Bagikan ini:
error: Content is protected !!