0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“Drink your tea slowly and reverently, as if it is the axis on which the world earth revolves – slowly, evenly, without rushing toward the future.”

Thich Nhat Hanh

 

God’s own county atau lebih dikenal dengan nama Yorkshire adalah county  terbesar di negara Inggris raya, dengan Leeds sebagai kota terbesar dan di ikuti oleh Bradford.   County sendiri adalah sub-unit dari pemerintahan daerah yang memiliki yurisdiksi tersendiri. Yorkshire pun memiliki bendera kebanggaan bercorak bunga mawar putih yang merekah sempurna dan selalu berkibar disetiap tanggal 1 Agustus.

 

Yorkshire dikelilingi oleh lembah sehijau batu peridot, si berlian hijau dan birunya pantai dinaungi putihnya awan mengingatkan akan gradasi putih birunya batu kyanite .

 

Sungguh suasana pedesaan yang berpadu dengan sentuhan metropolis. Perpaduan itu sangat terlihat di kota Leeds karena selain sebagai  pusat business, hukum dan keuangan terbesar setelah London  , Leeds juga merupakan pusat kebudayaan.

 

Winter telah menyongsong  dan salah satu moment yang sangat saya nikmati adalah siraman mentari di musim dingin. Teriknya mampu menghangatkan hingga ke setiap sekat relung hati.

 

Siang itu langit cerah namun angin cukup kencang membuat saya mengurungkan niat  untuk berjalan kaki dan memilih untuk naik bus.  Hanya 2 bus stop ,tapi dengan sepatu boots berhak lancip 7 cm bisa dipastikan angin sepoi pun akan mampu membuat saya oleng dan sempoyongan.

 

Setelah turun dari bus, saya menyusuri city centre yang dikelilingi toko-toko yang merupakan bangunan tua terbuat dari bata merah. Konstruksinya begitu kokoh dan megah makin memperkuat suasana melankolis kala itu.

 

Tak lama berjalan, saya memasuki bangunan dengan nuansa biru ciri khas dari Café Nero. Bangunan tersebut semakin terlihat aristoktrat dengan  bingkai jendela kayu besar dilapisi cat  hijau unik, perpaduan hijau olive dan daun fern.

 

Saya memesan white hot chocolate mocha dengan topping whipped cream yang tumpah ruah di hiasi Belgian chocolate sprinkles. Saya berlari kecil menaiki tangga mencari Indira  yang seperti biasa selalu duduk di spot favoritnya di dekat jendela.

 

“Indira” saya memanggil sejak memunculkan kepala di lantai dua tapi ia tak kunjung bergeming, sedang menikmati setiap tegukan dari hot chocolatenya. Bahkan ketika saya berjalan mendekat ke sofa empuk dan ikut duduk disampingnya.

 

Indira gadis dengan postur tinggi semampai bak peragawati. Bola matanya bulat sempurna dengan alis yang layaknya semut beriringan. Saya sering berkomentar, “Indira alisnya rukun sekali, tidak seperti alis saya yang seperti semut yang kehilangan kompas , tiada arah”.

 

Saya lalu berdehem sembari menepuk punggungnya dan ia baru tersadar. Senyum manisnya tersungging dengan tetap menghirup minuman.  Saya duduk disampingnya  ikut menikmati minuman namun mata sibuk menengok kiri dan kanan, siapa tahu ada bule ganteng yang bisa membuat minuman saya makin terasa manis.

 

Sungguh sulit menikmati moment menyeruput minuman seperti Indira saat itu, apalagi di pikiran saya berkecamuk segala hal termasuk memikirkan sepatu boots incaran saya yang semoga tidak di borong orang pada saat sale.

 

Kini saya semakin menyadari konsep yang dilakukan oleh Indira, menikmati moment yang oleh Thay Thich Nhat Hanh disebut sebagai state of mindfulness.  Sedangkan saya saat itu  berada distate sebaliknya yaitu forgetfulness. Saya ada di sana tetapi tidak di sana.

 

Indira saat itu menyuguhkan kemampuan mengolah pikiran dan tubuh yang melebur didalam satu harmoni untuk mencapai state of mindfulness.

 

Hari ini , 25 January adalah hari special kamu. Be aware of how you are spending your 86400 beautiful dancing moments and spend them mindfully. I know you will, seperti Indira yang saya kenal back then.

All the very best, Indira sayang.

 

“If while washing dishes, we think only of the cup of tea that awaits us, thus hurrying to get the dishes out of the way as if they were a nuisance, then we are not “washing the dishes to wash the dishes.” What’s more, we are not alive during the time we are washing the dishes. In fact we are completely incapable of realizing the miracle of life while standing at the sink. If we can’t wash the dishes, the chances are we won’t be able to drink our tea either. While drinking the cup of tea, we will only be thinking of other things, barely aware of the cup in our hands. Thus we are sucked away into the future—and we are incapable of actually living one minute of life.”

Thich Nhat Hanh

 

January 25th, 2022

Bagikan ini:
error: Content is protected !!