0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“Morning light doesn’t change what we see, only how softly the world reveals itself.”

 

Di sisi jalan, pohon-pohon yang belum terlalu tinggi menggoyangkan daunnya pelan. Beberapa bunga bougenville merambat diam-diam di pagar rumah-rumah tua dengan nuansa pink, seperti rona pipi anak kecil yang baru terbangun.

 

Kelopak-kelopak tipis seperti kertas itu mulai merekah, bergoyang lembut ditiup angin pagi. Sinar mentari yang masih malu-malu menyelinap dari celah-celah daun, menari pelan di permukaan kelopak seperti kuas yang nyaris tak bersuara.

 

Nuansa pink tersebut mencuri pandang dalam harmony, dari hot pink meluruh menjadi pale pink, hingga menyusup ke magenta yang misterious. Ada pula coral blush, lavender-pink yang sejuk, dan semburat pink salmon yang tersapu cahaya seperti lukisan hidup

 

Warna-warna itu bertumpuk, saling memeluk dan menyerap cahaya dengan cara berbeda-beda, menciptakan harmony yang berubah setiap detik, seolah bunga itu mengenakan gaun warna-warni yang dibuat oleh cahaya dan angin dan mempersembahkan tarian di pagi yang tenang.

 

“Mama,  are there really so many kinds of pink?” tanya Chloe dengan pandangan takjub. Saya tersenyum dan merapikan anak rambut yang tertiup angin dari dahinya. “Karena kelopak bougenville itu tipis dan saling menumpuk, sayang.”

 

“Saat cahaya pagi menyentuhnya, warnanya seperti berubah-ubah. Satu warna bisa tampak seperti banyak, tergantung dari sudut mana kita melihat. Seperti cat air di drawing book Chloe, satu goresan bisa terlihat seperti awan, bunga, atau matahari, tergantung cahaya.”

 

Saya menggenggam tangannya erat, merasakan kehangatan kecil yang menyatu dalam keheningan pagi. Seolah dunia sedang berbisik pelan, bahwa keindahan kadang baru terlihat saat kita benar-benar memberi waktu untuk melihatnya.

 

“There’s a kind of magic in early mornings, where light, color, and quiet unfold only for those who walk slow enough to notice.”

Part 4.

 

 

 

 

Bagikan ini:
error: Content is protected !!