0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“What refuses to fade often has a reason to remain.”

 

Gelas di meja tinggal menyisakan cairan tipis di dasar. Uapnya sudah lenyap, tetapi rasa kopi itu masih bertahan di lidah, samar namun nyata, seperti bisikan yang enggan hilang.

 

Sophie memainkan garpu di tangannya, menirukan gaya Nigel beberapa saat lalu. “Mama, so… does that mean not everything left behind has to be thrown away?”

 

Saya menatapnya sebentar, lalu tersenyum. “Benar, sayang. Jejak yang tertinggal itu bukan selalu beban. Kadang ia hanya ingin mengingatkan bahwa sesuatu pernah hadir.”

 

Pria di meja sebelah yang sejak tadi diam ikut bersuara pelan, “Seperti rasa kopi itu, kan? Serbuk kecilnya bukan gangguan, tapi tanda bahwa bijinya pernah utuh dan pernah kuat sebelum dihancurkan.”

 

Sophie berhenti memainkan garpu dan matanya menyorot ingin tahu. “So… kalau begitu, jejak itu bisa jadi tanda asal-usul, bukan sekadar sisa?”

 

 

Pria itu mengangguk sambil tersenyum. “Ya. Tanda bahwa ada process yang sudah dijalani, meski tidak semuanya larut.”

 

Saya kembali menyeruput sisa kopi, membiarkan pahit yang tipis melekat di mulut. Rasanya mengajarkan bahwa sesuatu masih tinggal justru agar kita bisa mengenali perjalanan yang membawa kita sampai di sini.

 

“What stays behind often shapes what lies ahead.”

Part 21.

 

Bagikan ini:
error: Content is protected !!