“We may not own sunlight, but we can sit quietly in its warmth while it stays.”
Sophie masih bermain dengan cahaya sambil bersenandung pelan. Tangan kecilnya bergerak bebas, membentuk bayangan-bayangan yang menari di permukaan jok. Gerakannya terlihat spontan dan tanpa pola.
Ia tertawa sebentar, lalu kembali larut dengan permainan cahayanya. Dunia seakan penuh rahasia yang cukup dinikmati, seperti aliran udara yang masuk lewat jendela, atau sinar pagi yang menyusup pelan.
Mobil terus melaju melewati jalanan yang mulai padat. Dari balik dedaunan, cahaya pagi menyelinap masuk, memantul di kaca jendela lalu jatuh perlahan dan menari-nari di wajah Sophie.
Ia mengikutinya dengan ujung jari, seolah sedang bercakap-cakap dengan sesuatu yang tak bisa disentuh, hanya bisa didekati.
Saya memperhatikannya lalu tersadar bahwa anak-anak tidak memaksa cahaya untuk berubah bentuk.
Mereka hanya bermain dengannya dan tidak mencoba mengatur ke mana arah sinarnya. Mungkin begitu juga seharusnya kita menjalani hidup.
Bukan dengan hasrat untuk menguasai segalanya, tetapi dengan kesediaan untuk berjalan bersama. Menemani cahaya saat ia datang, dan tetap tinggal ketika gelap perlahan tiba.
“When we stop trying to direct the light, we begin to understand how to live within its quiet.”
Part 10.

