0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“Keep your thoughts positive because your thoughts become your words. Keep your words positive because your words become your behavior. Keep your behavior positive because your behavior becomes your habits. Keep your habits positive because your habits become your values. Keep your values positive because your values become your destiny.”

Mohandas Karamchand Gandhi –  Indian political leader

 

Fukuoka adalah tempat asalnya sailor seifuku atau seragam sekolah ala Sailor moon, film anime tahun 90an yang sangat populer hingga menjadi inspirasi para designer ternama dunia.

 

Kemeja berwarna putih dengan dasi biru stripe putih berukuran mungil khas pelaut dipadu dengan rok berlepitnya, membuat seifuku atau seragam sekolah terlihat semakin menawan.

 

Seragam ala pelaut merupakan ide dari seorang kepala sekolah di Fukuoka yang bernama Elizabeth Lee.   Pada zaman dahulu,  para murid wanita mengenakan kimono ketika bersekolah sehingga menyulitkan saat  beraktifitas. Elizabeth membuat seragam yang mirip sewaktu ia sekolah di Inggris.

 

Ia juga mengubah model rok berbentuk panjang lurus menjadi model berlipit yang terinspirasi dari gorden yang jika  tertiup angin namun tidak merubah bentuknya.

Berjalannya waktu,  ukuran rok tersebut semakin menyusut ke atas dan dipadu dengan kaus kaki selutut atau model kedodoran yang jatuh setinggi betis. Stunning!

 

Selain asal muasal sailor seifuku, Fukuoka terkenal sebagai kota pelabuhan terbesar dan tersibuk di Jepang  dengan rute Fukuoka ke Busan.

 

Tak heran banyak sekali turis dari negeri Ginseng hilir mudik  ke Jepang melalui Fukuoka. Saking banyaknya bahkan disaat kami membuka google map,  tulisan hangul lebih sering muncul dibandingkan  kanji atau hiragana.

 

Saya , mbak Yovi , Dion anak dari mbak Yovi dan Mbak Ayuk staffnya, sangat menikmati  waktu yang bergulir selama di sana. Pada hari terakhir, seluruh peserta mendapatkan undangan buyer meeting yang ditutup dengan farewell dinner.

 

Kebetulan saya dan mbak Yovi sudah deal dengan beberapa buyer yang datang ke booth kami masing-masing sejak hari pertama sehingga kami merasa tidak perlu mengikuti buyer meeting lagi.

 

Disaat semua peserta lain bergegas ke buyer  meeting room hanya kami berdua sedang bersiap langsung dinner ke lantai dua.

Pak Djatmiko, atase perdagangan Jepang saat itu bertanya,  “Lho, kalian kenapa tidak ke buyer room seperti peserta yang lain?“ mengeryitkan kening dan pandangan takjub.

 

Buyernya sudah datang duluan ke booth, tinggal kami  follow up dengan sample order disaat kami pulang, Pak.” Kami menjelaskan.

 

“Ingat, jangan sampai mengecewakan seperti supplier tas rotan yang pameran sebelumnya.  Barangnya sudah sampai satu container ternyata berlumutan dan mencoba lari dari tanggung jawab sampai buyernya lapor ke kita di embassy. Kalian bawa nama Indonesia jadi jaga sebaik mungkin.” Beliau menjelaskan dengan serius dan suara tegas.

 

“Baik, Pak. Kami izin ke atas dahulu.” Kami berempat pun beranjak dan menaiki tangga satu persatu dengan penuh semangat. Sesampai di atas, suasana masih sepi karena semua masih di meeting room sehingga serasa private dinner.

 

Aneka masakan Jepang dan dessert yang menggugah selera serta melimpah ruah makin membuat suasana semakin syahdu.

 

Kami melangkah keluar ditemani secangkir roasted green tea dan satu piring kecil aneka penganan Jepang. Disaat pintu balkon yang besar kami dorong, semilir angin langsung membelai pipi, sangat lembut.

Di kejauhan terlihat kapal yang menuju Busan dan kami melambaikan tangan seakan hati kami juga ikut berlayar ke Korea.  Wow, what a moment!

 

Memory itu kembali muncul kemarin,  disaat saya dan mbak Yov lagi flash back kisah di Fukuoka hingga membahas segala hal termasuk kisah exporter yang ordernya direject.

 

“Mbak Yov, siapa yah nama bapak yang productnya waktu itu reject semua satu container? koq aku bisa lupa yah, padahal biasanya sampai sedetail apa pun saya masih ingat.”

 

“Siapa yah ? Aku tahu siapa yang kamu maksud , tapi aku koq juga lupa yah ?”

“Wah berarti alam bawah sadar kita automatic men-delete memory negatif yah, mbak Yov”

“Iya, Sarah. Kita memorynya yang happy-happy saja.”

 

Perbicaraan singkat itu membuat saya semakin aware bahwa jika kami hanya focus pada hal yang positif, semua hal negative secara lambat laun akan terhapuskan dari memory kami.

Pikiran akan semakin terampil untuk hanya berpikir positif dan mendelete secara automatic memory yang vibesnya negative.

“If you realized how powerful your thoughts are, you would never think a negative thought again.”

March 22nd , 2022

Bagikan ini:
error: Content is protected !!