“Every object, properly observed, can unlock a memory.” Marcel Proust
Sophie berlari kecil menghampiri saya dan jemarinya menggenggam beberapa kerang baru yang masih basah oleh air laut. Pipinya memerah karena matahari dan rambut panjangnya menempel lembut di bahunya.
“Mama, lihat,” sambil membuka telapak tangannya. Di sana, beberapa kerang tampak berkilau, warnanya ada yang berpadu antara putih pucat dan orange muda di dalamnya.
Saya tersenyum. “Sophie masih suka mengumpulkan shell, ya? Padahal di rumah sudah banyak sekali.” “I know,” ia tertawa kecil. “But they’re all a bit different. None of them look the same. It’s for memory, Mama.”
Saya menatapnya lalu memandang ombak yang mulai menggulung rendah. “Begitulah kenangan,” ujar saya pelan, hampir seperti berbicara pada diri sendiri.
Kita tahu sudah punya banyak, tapi tetap ingin menyimpan yang baru. Bukan karena merasa kekurangan, melainkan karena setiap benda membawa cerita yang berbeda.
Sophie terdiam sejenak sembari menatap kumpulan kecil di tangannya seolah sedang mendengar sesuatu yang tak bisa dijelaskan. “So….it’s okay to keep collecting them, even if I already have a lot?”
“Tentu saja, sayang. Selama Sophie tahu kenapa mau menyimpannya.” Di matanya muncul cahaya kecil karena ia mengerti bahwa benda-benda pun bisa menyimpan waktu.
“Even an ordinary stone can become extraordinary when tied to a moment of meaning.” Rainer Maria Rilke
Part 24.