0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“As language falls into silence, gestures rise to meet the heart with understanding.

 

Tradeshow akhirnya usai, dan udara dini hari di Hat Yai terasa seperti menghela napas panjang setelah hari-hari yang penuh riuh. Saya dan Chloe sudah berkemas sejak semalam. Koper dan tas tersusun rapi di lobby receptionist, menunggu waktu untuk berangkat.

 

Pukul empat pagi, kami menjemput Mbak Patsy yang menginap tak jauh dari sana, dengan taxi yang sudah dipesan sebelumnya. Sopirnya datang lebih awal dari jadwal dan ia menyapa ramah dalam bahasa Inggris yang sederhana.

 

“Pick up? Friend?” tanyanya dan saya mengangguk. Ia mematikan argonya, lalu menunggu bersama kami dalam senyap yang ramah. Tak lama, Mbak Patsy muncul dari pintu hotel dengan langkah cepat, memeluk tas jinjing dan menarik koper ungu yang tampak pincang.

 

Pak sopir segera turun, menghampiri, dan mencoba membantu mendorong koper itu, tapi rodanya tersendat. Dalam gelap yang masih menggantung, Mbak Patsy berlagak berjalan pincang sambil menunjuk ke roda yang hilang.

 

Pak sopir menangkap maksudnya seketika, dan menirukan gerakan pincangnya sambil mengangguk. Sebuah percakapan singkat yang tanpa suara, hanya dengan gerak tubuh dan senyum yang saling menjelaskan.

 

Ia kemudian mengangkat koper itu ke bagasi dengan gerakan ringan masih dengan senyuan. Saya dan Chloe yang menunggu di dalam taksi ikut tertawa melihat moment tersebut.

 

Bukan percakapan, tapi bahasa yang lebih tua dari kata-kata itu sendiri yaitu bahasa isyarat, tawa kecil, dan kehangatan yang mengalir tanpa perlu suara.

 

“Not all conversations are spoken. Some are drawn in gestures and laughter.”

Part 40.

 

 

 

 

 

Bagikan ini:
error: Content is protected !!