If you want to be like the great, you learn from the greats
Raphael Saadiq
Langit Singapore di hari ketiga pameran sangat indah, terutama menikmati senja di tempat di mana saya pameran yaitu Singapore International Jewelry Expo di Marina Bay. Pemandangan senja di tempat ini sangat indah karena langit keemasannya dipadu dengan kerlap-kerlip lampu penuh aneka nuansa warna dari gedung pencakar langit.
Saat lembayung senja berwarna kuning keemasan berangsur menghilang, cahaya-cahaya lampu yang berwarna-warni seolah menggantikan langit senja dengan pesona mahligainya yang tak kalah mempesona. Dari kejauhan terlihat jelas siluet Art Science Museum yang bentuknya seperti bunga yang sedang mekar dan Gedung Teater Esplanade dengan bentuknya yang seperti bola dunia.
Ah langit senja di marina bay selalu mampu membius saya sehingga seakan terbang melayang menembus angkasa yang birunya sangat indah bagaikan batu ruby. Walaupun suara agak bising dengan canda tawa sekeliling, hati saya sangatlah damai melihat pemandangan tersebut.
Senja ini adalah senja terakhir yang saya habiskan di Singapore walaupun besok masih hari terakhir pameran di Singapore. Izza dan Pia tetap di Singapore dan saya harus lanjut ke negara lain karena hari terakhir pameran di Singapore bentrok dengan hari pertama pameran di Manila, Phillipphines.
Sepanjang perjalanan pulang saya tak henti-hentinya tersenyum lalu saya menengok ke mbak Ayu yang duduk di samping saya sambil berkata, “Terima kasih yah mbak atas semua insight-nya. Walaupun sudah sering pameran bareng mbak, selalu ada new insights tentang dunia export yang saya dapatkan dari mbak Ayu. Zaman dahulu, membedakan antara ex-factory price dan FOB price saja tidak tahu.” Belum selesai saya melanjutkan kata-kata saya, Mbak Ayu tiba-tiba tertawa terbahak-bahak dengan tawa ciri khasnya yang sangat lembut di telinga.
Saya lalu melanjutkan, “Untung mbak Ayu sudah ajarkan caranya, kalau belajar di kelas malah saya roaming waktu itu. Mbak Ayu adalah seorang praktisi, jadi menjelaskannya pun bukan berdasarkan teori semata. Terima kasih banyak yah, Mbak.”
Mbak Ayu dengan gayanya yang sangat down to earth hanya tersenyum dan berkata, “Sama-sama, Sarah.”
Di saat itu, saya masih tertatih-tatih dan jungkir balik mencoba menembus dunia export, mbak Ayu sudah malang melintang di dunia itu. Saya beruntung bisa mendapatkan mentor export seperti mbak Ayu karena menurut saya mentor adalah salah satu dari support system yang membantu pengembangan business saya. Semua orang membutuhkan mentor bahkan sehebat apapun orang tersebut, salah satu contoh adalah Napoleon Hill, penulis legendaris favorit saya yang ternyata banyak dimentori oleh Andrew Carnegie.
Quote yang mengatakan,“Mentor is someone who can make your hindsight become your foresight.” Itu memang benar adanya. Saya butuh orang yang mengenali apa yang menjadi hindsight atau potensi tersembunyi saya hingga bisa menjadi foresight atau potensi yang bisa saya kembangkan lebih dalam.
Tahap pertama, I do you watch, adalah tahap pembelajaran saya ke mbak Ayu dalam kapasitasnya sebagai exporter. Saya memperhatikan pola-pola yang dia lakukan sehingga didalam diri saya terpacu untuk melakukan hal yang sama.
Tahap kedua, I do you help, yaitu tahap di mana saya mulai mengerti karena terlibat dalam proses tersebut. Tahap ketiga, You do I help, saya mengerjakan, mbak Ayu yang membantu. Tahap terakhir adalah You do I watch. Tahap di mana saya benar-benar dilepaskan untuk bergerak sendiri sesuai dengan strength saya.
Walaupun saya bisa menghubungi mbak Ayu jarak jauh via telepon, tapi dalam proses transfer knowledge tetap butuh tatap muka karena di situlah segi humanitas di mana adanya peragaan, ekspresi dan diskusi dua arah. Mungkin kesannya gila, tapi saya memang dari dulu akan mengejar ke manapun mbak Ayu pameran bahkan sampai ke ujung dunia manapun.
Di saat business trip sampai belasan negara menjadi rutinitas setiap bulannya, sehingga jika kami berdua bertemu akhirnya kami lebih suka menghabiskan waktu untuk brainstorming sambil jalan-jalan ke pusat belanja melihat trend sehingga saya punya new insights.
Ibaratnya petinju, dunia exporter ibarat ring tinju .Yang saya suka dari mbak Ayu karena dia sebagai mentor selalu berada pada sudut netral di pojok ring. Dari pojok ring tersebut, Ia bisa melihat langsung jalannya tinju dari dekat sehingga mudah dalam memberi masukan. Jika mentor bukanlah praktisi, sama halnya seperti berada di tribun penonton atau bahkan dari luar tribun yang tidak tahu apa yang terjadi didalam ring tinju tersebut.
Pepatah :
Brad Pitt way, “Irama kerja sebagai exporter itu Brad, jadi badan harus tetap Pitt”
March 29th, 2018