“You cannot calm the sea, but you can learn to steer your ship.”
Langit pagi itu terbentang luas, namun ucapannya meninggalkan gema di dalam diri saya. Tentang layar yang harus dijahit dengan sabar, pesannya terasa lebih dari sekadar petunjuk kerja, melainkan sebuah cara memahami hidup.
Saya jadi berpikir, terkadang kita berlari mengejar hasil tanpa memberi ruang bagi sesuatu untuk tumbuh dengan waktunya. Ada juga saat ketika kita menahan terlalu lama, hingga kesempatan yang ada perlahan hilang.
Hidup, rupanya bergerak seperti ombak di laut. Ia tidak bisa digenggam atau dikendalikan penuh, hanya bisa diikuti dengan kesiapan.
Seperti layar yang dijahit dengan penuh kesabaran, kekuatannya terletak pada jahitan yang rapi dan teliti. Bukan hanya agar kapal bisa melaju, tetapi agar ia tetap utuh ketika badai datang.
Dari situ saya belajar, yang terpenting bukan seberapa cepat sampai, melainkan bagaimana menjaga setiap jahitan agar tetap kuat sepanjang perjalanan.
Saya menatap perempuan itu sekali lagi. Dari tutur sederhananya tentang sang ayah, saya merasakan kebijaksanaan yang lahir dari laut, sebuah warisan yang ia bawa dengan tenang namun cukup dalam untuk memberi arah.
Di hadapan laut yang luas, saya sadar, hidup pun serupa layar. Jika kita menjahitnya dengan sabar, ia akan menuntun kita melewati angin, gelombang, bahkan badai, sampai akhirnya kita tiba dengan utuh di tujuan.
“We cannot direct the wind, but we can adjust the sails.” — Dolly Parton
Part 28.