“Watch out for people who are always bragging about who they are. A lion will never have to tell you it’s a lion.”
Unknown
Di ASEAN terdapat empat negara yang berbentuk kerajaan atau monarki dan dipilih hanya berdasarkan garis keturunan. Brunei Darussalam dengan monarki absolut dan tiga negara lainnya berdasarkan monarki konstitusional yaitu Malaysia, Thailand dan Cambodia.
Di Malaysia, raja bekedudukan sebagai kepala negara, panglima tertinggi angkatan bersenjata, dan kepala agama Islam sedangkan tampuk pemerintahan dipegang oleh seorang perdana menteri.
Raja Malaysia bergelar Seri Paduka Baginda Yang di Pertuan Agong ditambah gelar kehormatan yaitu Duli Yang Maha Mulia.
Pagi itu, Saya, mbak Ayu dan Lia, salah satu team saya akan berangkat meninggalkan salah satu negara kerajaan yaitu Cambodia dan akan transit di negara kerajaan berikutnya yaitu Malaysia sebelum ke tujuan akhir yaitu Indonesia.
Semalam saya mendapatkan text message bahwa pesawatnya delay sehingga bisa transit lebih lama di Kuala Lumpur dan akan bertemu teman kami di sana. Disaat keluar dari pintu pesawat sudah menunggu dua orang ajudan berseragam dan mengawal hingga ke passport check.
Mereka memberitahu bahwa kami adalah temannya Dato’ paduka sehingga langsung melewati jalur khusus tanpa antri. Petugas airport menganggukkan kepala kepada kami seakan melihat orang yang penting dan terhormat.
Pengawalan dilanjutkan hingga ke area penjemputan dan terlihat dari kejauhan teman kami sudah menunggu. Lia sangat takjub sehingga saya berbisik “dia anaknya raja namun sangat humble.”
Sembari menunjuk ke wanita yang memakai celana jeans, kaus dan sepatu yang semuanya bermerk, namun design yang simple. Bukan design flashy yang bisa terlihat jenis merknya dari kejauhan.
Gayanya yang sederhana namun tetap cool malah membuat kecantikan alaminya semakin terpancar.
“Hello Ayu , Sarah, How are you ?” Memberikan pelukan selamat datang dan mengucapkan selamat tinggal kepada kedua ajudan tersebut. Tak lama menunggu sebuah mobil berukuran kecil datang dan kami langsung naik.
Kami menikmati lunch dan saling bertukar cerita serta bersenda gurau. Disaat keluar dari restaurant, staffnya bercerita beberapa minggu yang lalu mereka masuk ke salah satu butik mewah dan ternama dari Perancis.
Namun ia dihiraukan oleh SPG karena penampilannya yang sangat sederhana.Ia langsung memborong seluruh toko kecuali alat display karena memang tidak untuk dijual dan meminta bertemu dengan manager.
Manager berkali-kali minta maaf begitu tahu siapa dia dan raut wajah SPG seketika pucat pasi. Kami pun tertawa karena banyak yang mudah terkecoh dengan penampilan luar seseorang.
Tak terasa sudah waktunya kembali ke airport dan dua ajudan tadi kembali mengawal. Sesampai di security check, kami menyerahkan passport dan boarding pass. Petugas berkata dengan nada bingung, “Pesawatnya sudah take off dari siang.”
“What ? tidak jadi delay ?” Saya akhirnya pasrah karena kecerobohan sendiri sehingga harus membeli ticket yang pasti meroket karena weekend dan go show seperti ini.
Mbak Ayu menyerahkan beberapa lembar USD, just in case uang cash di dompet saya tidak cukup. “Pakai ini dulu, nanti gampang pas di Bali kembalikannya. “Thank you, mbak. I will.”
Mbak Ayu dan kami pun berpisah karena ia harus mengejar pesawat ke Bali yang akan segera boarding. Para ajudan menemani saya dan Lia menuju ticket desk. Salah satu dari mereka terdengar berbicara via telephone kepada Dato’ paduka.
Tak lama ia menutup telephone dan tiba-tiba tangannya mengembalikan uang saya yang seharusnya untuk membayar ticket. Ia menaruh setumpuk uang Ringgit dari dompetnya dan membayar dua ticket tersebut.
Saya masih terpana dan Ia berkata “ Teman Dato’ paduka tidak boleh membeli ticket. It’s on her.” Saya segera menelpon mengucapkan terima kasih dan dari ujung telephone menjawab santai, “No problem. See you again, Sarah.”
Kami pun kembali dikawal hingga pintu pesawat ditemani banyak tatap mata yang bingung melihat penampilan saya dengan make up seadanya dan bersandal jepit tapi diapit oleh dua ajudan layaknya keluarga sultan.
Teman kami yang Dato’ paduka penampilannya sungguh bersahaja walau pun double sultan karena darah biru dan hartanya.Tidak bergaya sehedon layaknya para self-claimed crazy rich.
Justru, yang self-claimed ini bergaya melebihi sultan. Kenapa? Mereka masih haus pujian, lapar akan sanjungan dan pansos adalah kebutuan primer.
Para real sultan tidak membutuhkan impression karena sudah mencapai aktualisasi diri yang penuh. Sebaliknya para self-claimed tajir melintir, disaat topeng “tajir”nya terbongkar, yang tinggal hanya melintirnya saja.
“Fake rich people have an image to maintain, real rich people just don’t care” Unknown
March 28th , 2022

