0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“A warm smile is like sunlight. It touches everything without asking permission.”

 

Chris menyalakan mesin. Suaranya pelan, nyaris menyatu dengan desir angin yang masih setia menelusup lewat celah jendela. Mobil perlahan bergerak, meninggalkan tempat parkir yang kini mulai disinari penuh oleh matahari pagi.

 

Bayangan pohon kecil di tepi jalan memanjang perlahan, seolah melambai diam-diam pada kami yang pergi.

 

Nigel duduk di kursi depan. Kaki kecilnya belum menyentuh lantai sepenuhnya, tapi wajahnya serious, menoleh ke belakang sesekali, memastikan semua sudah siap, lalu kembali menatap jalan seperti co-pilot cilik.

 

Saya menoleh ke samping. Chloe menyandarkan kepalanya pada kaca, memeluk boneka bebek kuning yang selalu ia bawa setiap saat.  Pandangannya seperti diam bersama pikirannya sendiri.

 

Di sisi lain, Sophie sibuk dengan cahaya. Ia memainkan bayangan di jok kulit, jari-jarinya membentuk siluet kupu-kupu, seolah sedang mengejar sesuatu yang hanya ia lihat, sesuatu yang ringan dan tidak bisa ditangkap.

 

Chris tetap diam, matanya lurus ke depan. Tapi dari kaca spion, saya melihat sekilas senyumnya yang tenang, tidak berusaha menenangkan, tapi cukup untuk membuat saya ikut merasa lebih ringan.

 

Ternyata, ketenangan bisa menular lewat satu senyuman yang hangat. Sebagai seseorang yang mudah panic, ternyata ketenangan tidak selalu lahir dari banyak kata, bisa juga dari senyuman tenang seperti senyuman milik Chris pagi itu.

 

“A warm smile doesn’t remain on one face. It settles softly into the hearts around it, without a sound.”

Part 8.

Bagikan ini:
error: Content is protected !!