“The journey is never about the distance, but about how deeply one sees along the way.” Matsuo Bashō
Silhouette Pegunungan Latimojong masih berdiri samar, seolah menjadi pagar kokoh yang melindungi Toraja dari kejauhan. Semilir angin membawa rasa teduh di tengah perjalanan kami yang masih terbentang panjang.
Di halaman rumah yang kami lewati, anak-anak berlarian tanpa lelah, wajah mereka berseri oleh tawa dan bola bergulir tanpa arah yang pasti. Kebahagiaan mereka sederhana, tidak terikat pada hasil, hanya tertambat pada moment.
Perjalanan ini kembali mengingatkan saya bahwa hidup bukan soal seberapa cepat sampai, melainkan bagaimana kita benar-benar hadir di setiap perhentian kecilnya.
Sama seperti di bengkel tadi, menunggu ternyata memberi ruang untuk melihat lebih jernih tentang keramahan, ketulusan dan kesabaran yang sering hadir diam-diam, tanpa saya sadari.
Langit perlahan merajut warna lembutnya, bukan senja, melainkan cahaya sore yang tenang, seolah memberi jeda agar saya belajar menghirup lebih perlahan.
Di dalam mobil, waktu tidak terasa cepat atau lambat, hanya mengalir bersama detak syukur yang sederhana.
Saat itu saya mengerti, perjalanan bukan sekadar soal tiba di tujuan, melainkan latihan untuk menerima alur hidup apa adanya, dengan keindahan yang tak pernah bisa sepenuhnya kita kendalikan.
“Every day is a journey and the journey itself is my home” Matsuo Bashō
Part 40.
