Dating with your products.
“Trust the process, you will discover a lot about yourself through hardship”
Robert Tew
Seandainya saya hidup di dunia mimpi tentunya jika ada buku “ sukses secepat satu kedipan mata ” atau “ sukses cara cepat melebihi kecepatan cahaya” akan saya borong semua buku tersebut. Kalau perlu saya menabung untuk beli copy rightnya dan saya jual lagi, karena pasti banyak yang mau tapi berhubung ini dunia mimpi, jangan protes jika di bayarnya pun pakai uang monopoly.
Di dunia nyata, semua itu berproses, ada jungkir baliknya, ada posisi saltonya, ada kayangnya dan segala posisi acrobat lainnya . Lebih hebatnya lagi , belum selesai salto , sudah harus kayang, sudah harus jumpalitan sana sini tanpa warming up.
Sebagai seorang ibu waktu itu dengan anak yang masih kecil, bahkan ada yang masih baby, walaupun ada nanny yang membantu, tetap saja anak kalau nangis pasti teriaknya mamaaaaaa, bukan mbaknya Bisa dibayangkan, walaupun saya bukan octopus, tapi akhirnya harus belajar selincah octopus dan hidup rasanya seperti lagi main circus, tiap hari harus acrobat untuk membagi waktu.
Posisi saya dulu:”semua divisi ” karena belum mampu hire staff ,dari sebagai boss, merangkap marketing untuk mengejar ngejar dan berdoa agar ada importer yang memesan . Saya juga merangkap bagian purchasing ( ini istilah kerennya ), realitanya adalah dari bagian cari material ke pelosok demi mencari material murah sampai bagian cari tukang yang handal tapi mau terima order sedikit waktu itu.
Selain itu merangkap sebagai security ( ini juga istilah cool-nya) , realitanya adalah bagian mengejar ngejar tukang untuk menyelesaikan pekerjaan.
Setelah sudah masuk pasar export America, walaupun order masih belum banyak dan harga juga masih banting-bantingan alias harakiri, saya sering bertanya pada semut di dinding, “kapan yah bisa export yang jumlahnya bisa satu container betulan, jangan satu container tup***ware”.
Saya sangat berterima kasih kepada teman saya yang sangat humble, Mbak Ayu atas semua ilmunya . Dia sudah sangat ahli. Bagaimana tidak ahli, terima order product dengan jumlah sampai 1 juta pieces per PO sudah hal biasa buat Mbak sayangku yang sangat strong ini. Tentunya tidak terbayangkan berapa container itu .Lebih hebatnya lagi , harganya bukan harga harakiri.
Memang saya sudah sering mendengar ,kalau sudah bisa export ke Jepang, export ke Negara lain tinggal tutup mata Kenapa ? Importir Jepang sangat peduli terhadap kualitas. Sekali mereka dikecewakan maka “kelar hidup lo” . Tiga hal yang paling utama buat mereka, quality , quality and quality. Masih teringat jelas dalam ingatan, waktu berusaha menembus pasar export yang tersusah yaitu Jepang, ekspetasi adalah dalam satu kedipan mata, tapi sampai mata kelilipan ratusan kali dulu, baru bisa menembus pasar Jepang.
Saya banyak belajar bagaimana menembus pasar Jepang dari salah satu teman seperjuangan , yaitu Mbak Yovi. Tak terhitung sudah berapa banyak produk rotannya sudah melenggang manja ke pasar Jepang disaat saya waktu itu masih baby sekali dalam dunia export ini. Thanks ilmunya , mbak Yov.
Dengan berjalannya waktu , ada banyak hal yang saya pelajari, selain perjuangan yang tentunya tidak semulus kulitnya penyanyi K Pop. Yang saya pelajari dari salah satu buyer Jepang, adalah bagaimana mereka mengajarkan ke saya cara memberikan personalized experience. Buyer tidak hanya ingin membeli “just a product” tapi saat di gunakan, product tersebut harus bisa memanjakan seluruh panca indera yang di miliki oleh customers.
Ketika saya bertanya “bagaimana caranya?”, Dia berkata “sering sering lah dating dengan product kamu”.
Awalnya saya kebingungan “maksudnya apa ?”dia tekankan lagi, “proses, ulanglah selalu proses, karena dengan tetap mengingat dan kembali ke proses tersebut , kamu tetap menyentuh dan tahu apa yang bisa kamu lakukan untuk meningkatkan quality dari products”.
Satu contoh, walaupun sangat mensyukuri karena sudah bisa menghire photographer baik itu seasonal ataupun part time bahkan sampai dikirim keluar negeri. Tetapi saya , suami dan kadang anak saya tetap dating dengan product tersebut baik itu didalam atau di luar negeri ,walaupun sudah bukan job desc wajib lagi.
Dari Raja ampat sampai New York, bahkan ke hutan Amazon pun sudah pernah produk tersebut saya boyong dengan jiwa, raga juga cinta penuh kasih yang sepenuh hati. True, tetap mau berproses walupun badai sudah berlalu, adalah cara untuk memberikan room to keep growing and improving the products. Secinta cintanya buyer kepada product kita jika kita tidak bisa menawarkan , mempertahankan dan meningkatkan quality products , cinta itu akan luntur juga.
Seperti kata pepatah :
“Cinta itu buta tapi cinta itu tetap tahu, mana mobil mana sepeda”
Trackbacks/Pingbacks