“The more grateful I am, the more beauty I see.” – Mary Davis
Kami akhirnya berhenti sejenak di tepi pantai dan Sophie duduk di atas pasir sambil menepuk-nepuk board-nya yang masih basah. Percikan air asin masih menempel di wajahnya dan napasnya berat namun penuh rasa puas.
Coachnya menghampiri sembari membuka aplikasi Surfline di ponselnya dan matanya menelusuri graphic ombak. “Sepertinya kita bisa kembali lagi sekitar jam tiga sore,” sambil menunjukkan layar. “Kita break dulu.”
Sophie tersenyum dengan rambut basahnya menempel di pipi. Ia menunduk sebentar, seolah masih mendengar gema laut di dalam dirinya lalu tertawa kecil sambil membiarkan pasir hangat menggelitik jemarinya.
Kami bangkit, berjalan menuju mobil dan kembali ke cottage untuk berganti baju sebelum berangkat ke pasar traditional yang tak jauh dari pantai.
Aroma rempah dan sayuran segar sudah menyapa kami dari kejauhan. Setiap langkah di lorong pasar terasa hidup dan setiap warna serta texture memberi kesan yang sama kuatnya seperti lanjutan ombak pagi tadi.
Sophie berhenti di depan tumpukan camilan tradisional dan aneka pilihan sarapan hingga matanya berbinar. “Mama, I want to try this… and that one too.” Saya tersenyum dan membiarkannya memilih sesuka hati.
Di pasar itu, pagi terasa lembut namun penuh energy. Sophie menemukan keindahan dan rasa syukur tidak hanya di laut, tapi juga di langkah-langkah kecil di antara lorong pasar traditional yang sederhana.
“Gratitude turns ordinary moments into blessings.” – Melody Beattie
Part 37.

