“What is fragile in form can be strong in meaning.”
Saya masih bisa mengingat jelas suasana bengkel tadi siang. Mobil kami diparkir di luar, di pinggir jalan tanah merah yang belum tersentuh aspal, tak jauh dari aliran kali kecil yang mengalir tenang di sampingnya.
Di dalam bengkel yang sederhana, seorang staff keluar dan meletakkan sebuah ember plastic hitam berisi air dan sebuah kotak perkakas berwarna merah dengan tutup yang agak ringkih.
Sekilas tak ada yang istimewa, namun justru di sanalah kebaikan terasa begitu nyata. Di antara deru machine dan aroma oli, tersimpan kesabaran yang jarang disadari dan ketulusan yang hadir tanpa menuntut imbalan.
Kini, ketika mobil kembali melaju melewati jalan berliku dan sejuknya udara pegunungan, saya mengerti bahwa hidup sering memberi jeda dalam bentuk yang sederhana.
Tidak selalu hadir lewat pemandangan indah, kadang hanya berupa ember hitam, kotak perkakas merah dan senyum tulus dari pemilik bengkel yang membuat saya berhenti sejenak untuk melihat lebih jernih.
Siang itu menghadirkan pengingat yang jelas bahwa kebaikan tidak perlu dibungkus mewah. Ia sering hadir di tempat yang paling biasa, lewat peralatan sederhana seperti ember plastic dan kotak ringkih berisi peralatan seadanya.
Dari benda-benda kecil yang terlihat sepele itu, saya belajar untuk lebih bersyukur pada hal-hal sederhana yang diam-diam menyelamatkan perjalanan.
“Sometimes the most ordinary things hold the true heart of a journey.”
Part 41.
