Richard Malone, desainer muda ini mendedikasikan dirinya untuk fesyen berkelanjutan yang ramah lingkungan. Desainer berbakat berdarah Irlandia ini mulai mendirikan label pakaian eponimnya dengan membuat baju permintaan klien pribadinya yang melihat desain Richard di mal Brown Thomas di Dublin.
Tidak seperti perancang muda kebanyakan yang sering kali hanya fokus pada penjualan produk rancangannya, Richard lebih mengutamakan pembelinya. Feedback yang diberikan oleh kliennya dirasa sangat membantu Richard mengetahui hasil kerjanya. Segala proses pembuatan produknya dibuat menjadi lebih jujur dan lebih berguna.
Itu tidak berarti bahwa desain yang dirancang Richard adalah sesuatu yang membosankan. Koleksinya justru dipenuhi dengan bentuk-bentuk yang luar biasa, menggabungkan unsur-unsur seperti kantong atau kancing yang diposisikan dengan baik. Rancangannya menutup dan menyanjung tubuh, bahannya juga sangat mudah dicuci, bahkan bisa menggunakan mesin cuci.
Richard Malone Peduli Lingkungan
Dalam merancang sebuah pakaian, Richard cenderung mempertimbangkan citra wanita dan tubuh mereka. Ciri khas lain yang luar biasa kuat dari rancangan Richard adalah sustainability (keberlanjutan).
Richard merasa tidak akan nyaman jika dibalik bisnisnya yang booming terdapat seseorang yang dirugikan atau dieksploitasi. Ia bekerja sama dengan sekelompok penenun wanita di Tamil Odu, India, dalam membuat pakaian dengan menggunakan kain alami yang sangat indah.
Mereka menggunakan pewarna alami dan sedikit limbah air, juga menjauhkan para wanita tersebut dari bahan kimia berbahaya yang biasa digunakan perusahaan brand besar demi mendapat keuntungan tanpa memperhatikan dampaknya. Selain sumber kain yang didapat secara etis, Richard dan timnya mengembangkan teknik mengubah plastik daur ulang dan viscose menjadi benang dan rumbai. Mereka juga bekerja sama dengan penenun pada daur ulang limbah laut.
Rancangan Richard Malone
Perancang muda ini dibesarkan di Wexford, sebuah kota pertanian kecil yang terletak di barat daya Irlandia. Sejak dahulu, Richard selalu memperhatikan sosial dan ekonomi. Pria ini tumbuh di tengah-tengah resesi, tetapi dengan cepat belajar bagaimana membuat dan memperbaiki keadaan.
Selama belajar di London, Richard mulai tertarik dengan keberlanjutan. Dia menyadari telah banyak kain yang dibuangnya saat membuat pakaian. Ketertarikannya pada fesyen keberlanjutan semakin membara selama ia berada di Louis Vuitton, tempatnya bekerja selama setahun setelah kelulusan dan setelah memenangkan beasiswa Grand Prix LVMH.
Keberhasilannya mendapat kesempatan berada di perusahaan besar yang beroperasi di Paris itu mampu mengatur ulang kompas tentang seberapa banyak desain yang ingin dibuat dan bagaimana cara membuatnya. Ia juga jadi belajar memahami persepsi tentang apa itu fesyen, apa itu kemewahan, atau apa itu desain.
Sejak itulah Richard mulai memyiasati label nya menjadi merek pakaian wanita dengan koleksi berjumlah sedikit, bernilai seni tinggi, dan ramah lingkungan. Debut pertamanya adalah pada Fashion East di London bulan September 2015 silam.
Richard biasa menggunakan bahan-bahan sisa dalam rancangannya. Koleksi kelulusan universitasnya dibuat dari sisa makanan yang ditemukan di gudang ayahnya setelah ia kehilangan pekerjaan di sebuah situs bangunan. Hal semacam itu masih sering dilakukan Richard. Bahkan koleksi musim semi dan musim panas 2018 yang didesainnya menggunakan kain yang terbuat dari kulit pohon eukaliptus. Kain tersebut sama lenturnya dengan poliester, tetapi memiliki penampilan seperti sutra.
Richard selalu kembali pada pandangan wanita yang mungkin membeli karya-karyanya. Mendengarkan pendapat mereka adalah penting bagi Richard karena dapat mempengaruhi bagaimana ia akan mendesain pakaian atau bagaimana ia akan menampilkan pertunjukannya. Menurutnya, mendengar para wanita membeli Yohji Yamamoto bukan hanya karena indah, tetapi juga fungsional adalah hal yang bagus dan penting untuk diingat. Artinya, sisi yang perlu dipertimbangkan saat mendesain pakaian bukan hanya dari tampilannya melainkan juga kegunaannya.
Pemahaman seperti itu juga perlu dicatat oleh para perancang busana lainnya. Jangan hanya memikirkan keuntungan besar saja, tapi pikirkan pula kegunaan dan dampak dari produknya. Cobalah untuk melakukan pertimbangan seperti yang diterapkan oleh Richard Malone.