“A familiar smile holds the power to close distances, making time apart feel like a mere pause.”
Saya menutup koper dengan hati-hati, memastikan semuanya siap sebelum saya dan Chloe berangkat. Dari balik jendela, langit perlahan berubah, rona keemasan berpadu dengan biru yang semakin jernih.
Chloe sudah berdiri di ambang pintu, matanya berbinar, tubuhnya condong ke depan, seolah langkah pertama yang ia ambil akan langsung membawanya ke pelukan Tante Patsy.
Sepanjang perjalanan, ia tak henti bercerita, membayangkan apa yang akan ia sampaikan nanti. Tentang perjalanan kami, tentang Sophie dan tentang hal-hal kecil yang hanya bermakna karena dibagikan kepada seseorang yang memahami.
Saya tersenyum, menangkap semangat yang mengalir di balik wajahnya yang masih menyimpan jejak malu-malu. Dalam suaranya, ada kerinduan untuk kembali mendengar celoteh Tante Patsy, penuh keceriaan dan tawa renyah yang selalu terasa akrab.
Saat tiba di venue, matanya langsung menyapu ruangan, mencari sosok yang lama ia tak jumpai. Namun sejenak, perhatiannya teralihkan, sibuk membantu saya mencari booth kami.
“Look, itu booth-nya Mama!” serunya, menunjuk ke sudut ruangan, tempat sign Sarah Beekmans tergantung di fascia. Di sana, berdiri Mbak Patsy, dengan senyuman ciri khasnya, di samping koper ungunya yang selalu setia menemani setiap tradeshow.
Langkah Chloe semakin cepat, berawal dari ragu-ragu lalu berubah menjadi lompatan penuh semangat. “Tante Patsyyy!” serunya dengan suara malu-malu. Mbak Patsy menoleh, dan seketika wajahnya merekah cerah. Dalam sekejap seakan tak ada jeda yang benar-benar memisahkan mereka.
“Some bonds remain unchanged, untouched by distance or time, always finding their way back like they never left.”
Part 15.