0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“Someone once said that water has no effect on fake flowers, and it hit me hard.”

 

Bus terus bergerak seperti menuntun pagi yang sedang menyusun dirinya. Di luar jendela, cahaya menari pelan di antara kaca toko yang berembun dan atap-atap rendah yang silau karena pantulan mentari yang mulai meninggi.

 

Perempuan di sebelah tak lagi berbicara, tapi jejak kisahnya belum benar-benar pergi. Masih menggantung seperti sisa parfume yang tertinggal di baju , ringan, tapi tak bisa diabaikan.

 

Saya duduk diam, namun pikiran tak ikut diam. Ucapannya tadi mengendap karena caranya membawa kisah itu. Ia tidak marah saat diminta membuang kenangan juga tidak membela diri saat  yang ia simpan dianggap remeh.

 

Majikannya mungkin hanya melihat radio rusak. Tapi yang ia jaga adalah sesuatu yang tak bisa dibungkus logika seperti suara rumah dan waktu yang membeku hingga kehangatan yang tak bisa diulang.

 

Memang ada hati yang tak bisa ditembus kebaikan, sehalus apa pun cara kita mendekat. Seperti air yang jatuh perlahan di atas batu, tak meresap dan tak memberi akar, tapi bukan berarti air harus berhenti mengalir.

 

Pagi ini, duduk di sebelah seseorang yang tetap hangat meski tak disambut hangat, saya belajar kembali bahwa menjadi lembut bukan demi diterima dan bukan demi dimengerti.

 

Namun tentang menjaga agar hati ini tidak ikut menjadi keras hanya karena dikelilingi oleh hati yang tak hidup. Kadang yang paling hidup justru yang terus mengalir, meski tahu tak semua tanah mau menyerapnya.

 

“No matter how soft the rain, a painted garden will never turn green.”

Part 29.

Bagikan ini:
error: Content is protected !!