“Words are singularly the most powerful force available to humanity. We can choose to use this force constructively or desctructively.”
Yehuda Berg
Tak henti angin menderu menyapu langit malam di Seattle-Tacoma International Airport. Saya, mbak Riema dan Mbak Lina berbaring di atas kerasnya karpet yang membalut seluruh lantai. Saya bergeser ke bawah kursi besi panjang untuk berlindung dari deru angin AC yang sepertinya di setting full speed.
“Mbak Riema,Mbak Lina, aku tidak bisa tidur karena kita belum dapat ticket untuk connecting flightnya.”
“Mbak Sarah beberapa kali berkata kalau kita transit di Seattle jadi mirip film Sleepless in Seattle.” Mbak Riema berkata lembut sambil menyunggingkan senyum manisnya.
“Kita ketinggalan pesawat dan akhirnya tidak bisa tidur seperti judul movie-nya Tom Hanks yah, mbak.” Menepuk dahi menyadari kata yang saya keluarkan beberapa kali sebagai bahan candaan malah menjadi kenyataan pahit malam itu.
“Ayo kita berkata yang baik agar jadi doa yang indah” Mbak Lina dengan nada bijak menengadahkan tangan , diikuti mbak Riema dan saya untuk sama-sama mulai memanjatkan doa.
“Semoga pesawatnya kosong jadi kita bisa dapat seats, Amin. Semoga di Las vegas kita dapat buyer super duper kakap ,kalau bisa setara ikan paus saking besarnya. Amin.” Saya ikut berbisik melantunkan doa bersama di tengah heningnya malam. Hanya terdengar jarum jam di dinding yang tak henti berdetak memecahkan keheningan malam.
Obviously not every spoken word becomes reality but words are very powerful to make it into reality. Not in the magic sense but it’s certainly true that words can shape reality by causing human actions. Semakin saya sadari bahwa words are line up with how I think, feel, and believe. Words can become reality that’s why it’s so important to filter that before I put that into words.
“Words are powerful, if you change your words, you can change your life.”
Joyce Meyer