0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

Suku Baduy atau Urang Kanekes adalah sekelompok masyarakat Suku Banten yang mendiami Lebak, Banten sejak tahun 1526 Masehi. Penyebutan Baduy didasari oleh beberapa alasan, seperti tempat hunian suku ini yang dekat dengan Gunung Baduy, tempat tinggal yang ditumbuhi pohon-pohon Baduyut dan ada juga yang berfikir kata Baduy diambil dari kata Buddha.

 

Suku Baduy mempercayai bahwa mereka adalah keturunan salah satu dari tujuh dewa yang diutus ke bumi. Nabi Adam juga percayai sebagai nenek moyang mereka yang pertama. Nabi Adam dan keturunannya mempunyai tugas untuk menjaga dan melindungi semua makhluk di dunia.

 

Suku Baduy ini dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Suku Baduy Dalam (Tangtu), Suku Baduy Luar (Panamping) dan Suku Baduy Dangka. Suku Baduy Dalam (Tangtu) adalah Suku Baduy yang sangat taat dan patuh pada adat istiadat dari nenek moyang dan tidak pernah melanggar sedikitpun. Suku Baduy Dalam ini bertempat tinggal di Cibeo, Cikartawana dan Cikeusik.

 

Suku Baduy Luar (Panamping) adalah Suku Baduy yang sudah melanggar adat istiadat dari nenek moyang. Ciri Suku Baduy Luar (Panamping) ini sudah mengenal elektronik, sudah menggunakan jeans dan kaos oblong, memakai peralatan rumah modern, seperti gelas, piring, bantal, kasur dan proses pembuatan bangunan rumah memakai alat bantu, seperti gergaji, paku, palu, martil. Suku Baduy Luar ini bertempat tinggal di Cikadu, Cisagu, Gajeboh, Kaduketuk, dan Kadukolot.

 

Sedangkan Suku Baduy Dangka adalah Suku Baduy yang hampir sama dengan Suku Baduy Luar (Panamping) yang membedakan pada ketaataan Suku Baduy Dangka pada kepercayaan agama Islam.

 

Bahkan, banyak Suku Baduy Dangka yang memakai kerudung layaknya wanita muslim yang taat pada umumnya. Suku Baduy Dangka ini sudah terusir dari Suku Baduy Dalam, dan juga tidak diakui oleh Suku Baduy Luar. Suku Baduy Dangka ini mulai menyebarkan ajarannya pada tahun 2001.

 

Kali ini kita akan membahas tentang Suku Baduy Dalam yang bisa dikatakan sebagai eco-tribe. Suku Baduy Dalam ini adalah suku yang paling patuh pada ajaran nenek moyang dan tidak berani melanggar ketentuan adat yang berlaku.

 

Masyarakat Suku Baduy Dalam sangat terasingkan, terpencil dan jauh dari pusat kota. Masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani padi huma (membudidayakan lahan yang kering), dan mencari pencari penghasilan tambahan dengan cara menjual buah-buahan dan madu hutan.

 

 

Gadis yang berusia 14 tahun harus sudah menikah. Dalam pernikahan ini si gadis harus dijodohkan dengan pria Suku Baduy Dalam pilihan orang tua. Orang tua si pria yang harus menentukan gadis mana yang bakal jadi menantunya. Apabila dalam pencarian tidak ada kecocokan, baik dari orang tua laki-laki dan orang tua si gadis harus patuh pada pilihan Pu’un (Ketua Suku Baduy Dalam).

 

Bangunan rumah Suku Baduy Dalam terbuat dari anyaman bambu, kayu, alang-alang pohon dan tanah liat. Dalam proses pembuatannya tidak menggunakan alat bantu apapun, seperti gergaji, palu, paku dan alat bangunan lainnya.

 

Dalam pembuatan rumah ini, semua rumah penduduk harus menghadap utara atau selatan (kecuali Pu’un, bebas menentukan arah rumahnya). Semua rumah penduduk sama besarnya, yang membedakan dengan orang kaya memiliki tembikar yang terbuat dari kuningan yang terdapat di dalam rumahnya.

 

Tidak memakai listrik, tidak memakai elektronik dan tidak memakai perlengkapan rumah tangga lainnya. Mereka hanya bertumpu pada alam pada semua perlengkapan rumahnya.

 

Suku Baduy Dalam berpergian kemanapun tidak menggunakan kendaraan apapun dan lebih memilih berjalan kaki tanpa menggunakan alas kaki. Tanpa penggunaan alas kaki ini sebenarnya dilakukan pada setiap saat.

 

Bahan yang dipakai untuk baju mereka juga dijahit dan ditenun sendiri menggunakan tangan dan tanpa alat bantu jahit apapun. Warna kain yang digunakan juga harus hitam atau putih. Tas yang mereka buat juga berbahan alang-alang, akar, rotan, dan batok kelapa.

 

Penggunaan gelas dan piring plastik sangat dilarang. Suku Baduy Dalam menggunakan bambu sebagai gelas dan daun pisang sebagai alas untuk makan atau piring. Pada kesehariannya, Suku Baduy Dalam hanya memakan sayur dan buah-buah yang diambil langsung dari hutan. Mereka hanya makan ayam ataupun daging hanya pada hari-hari besar dan acara tertentu saja.
Gotong royong dalam membersihkan kampung selalu rutin dilakukan. Agar kampung mereka bersih dan tidak tercemar. Lingkungan alam juga mereka selalu merawat dengan baik dan selalu melestarikannya.

 

Kealamian dan kebersihan, serta penggunaan bahan alam sangat dijunjung tinggi Suku Baduy. Kebiasaan yang dilakukan Suku Baduy ini membuat hidup mereka lebih indah dan damai. Beberapa hal yang dilakukan Suku Baduy bisa menjadi motivasi bagi semua orang, terutama untuk semua warga masyarakat kota agar sadar dan peduli lingkungan.

 

Baduy Tribe Baduy Tribe Baduy Tribe Baduy Tribe

Bagikan ini:
error: Content is protected !!