0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

“Go for the lowest hanging fruit”

“Skills are cheap, passion is priceless”. Gary Vaynerchuk

Setiap hari kaki ini seperti sedang main ice skating di salju karena semua harus dilakukan secara cepat tetapi tetap hati-hati karena diusahakan kalaupun jatuh, jatuh manja jangan jatuh nyungsep karena lebih sakit *ouch.

Makin sibuk, karena saya ada mainan baru. Bagaimana mempadu padankan kulit dengan tanduk. Strong saya, memang di material tanduk dan saya mengkombinasikan dengan material lain.

Kenapa pakai kata “Mainan” bukan “Tugas”? yah simple saja, karena mainan= having fun, tugas= beban.

Sebenarnya sudah ada yang dicombine dengan kulit sejak launching di New York, cuma waktu itu masih pakai kulit sapi, dengan berjalannya waktu saya menyadari kalau kulit domba lebih elegant. Harga materialnya memang lebih mahal daripada kulit sapi karena bahannya jauh lebih lembut dan ringan saat dipakai.

Bagian yang seru yaitu kembali ke proses awal lagi, blusukan mencari tukang kulit yang kerjanya lincah, rapi dan halus. Kadang pegal hati jika diPHP sama tukang karena mereka kadang penuh drama, ada saja alasan untuk telat selesainya.

Tentunya karena ekspansi ke kulit ini masih awal, tukangnya pun masih menggunakan mesin jahit yang seadanya dan sering rusak. Yah, tapi mengembangkan bisnis jangan pakai gengsi.

Ah tiba-tiba teringat jaman saya kecil dulu, jika membahas tentang gengsi.

Saya dua kali pindah TK karena saya type pembosan dan pada akhirnya di masukkan ke SD walaupun saya masih umur 5 tahun karena saya sudah kehabisan gaya di rumah.

Mama saya kebetulan kenal dengan salah satu kepala sekolah SD di Makassar dan dimasukkanlah saya ke SD kelas 1. Waktu itu sudah cawu III dan mau kenaikan kelas. Kata mama saya, “tidak usah dikasih naik kelas, yang penting dia senang sudah bisa langsung SD”.

Ternyata pada pembagian raport, saya malah dinaikkan ke kelas 2. Mama saya bingung dan bertanya kepada guru kelas “Bu, kok anak saya dikasih naik kelas?, kan sudah saya bilang dia tinggal kelas saja”.

Kata guru kelas,”Waduh bu, anak ibu juara 3 di kelas. Kalau anak ibu tidak naik kelas, hanya dua orang yang naik kelas yang lainnya tinggal kelas dong”.

Melenggang manjalah saya ke kelas 2. Ada yang menarik dari SD tercinta ini. SD Inpres ini adalah SD yang di dalamnya kebanyakan anak-anak yang orang tuanya tidak mampu, mulai dari tukang becak, supir angkot, buruh cuci baju, penjual ikan di pasar sampai yang kerja kuli panggul beras.

Setelah dewasa saya bertanya karena penasaran. Kedua orang tua saya adalah dokter tapi mau menyekolahkan saya dan adik-adik saya kesana. Mama saya berkata,”Antara tega dan tidak tega, tapi mama mau kamu bisa bergaul dengan semua kalangan”.

Memang sejak SD adalah pemandangan biasa melihat teman saya kerja keras membantu orang tua baik itu sepulang sekolah ataupun ikut jualan membawa dagangan ke sekolah.

Saya pun sering main ke pasar ikan ikut membantu teman saya menemani ayahnya menjual ikan. Merasa senang dengan berjualan, saya mulai jualan sendiri dengan menjual kue kering. Kuenya saya ambil dari kue yang ada di rumah, apalagi kalau musim lebaran makin banyak kue yang bisa saya jual.

Awalnya mama saya bingung kenapa saya sering sekali bawa toples kue ke kamar dan besok paginya sudah habis. Apakah saya kuat makan sebanyak itu dan lebih herannya lagi setiap mama saya mengecheck tas saya, di tempat pensil saya banyak koin recehan.

Akhirnya mama saya tahu kalau kue itu saya jual ke teman-teman ,juga guru di sekolah dan koin yang banyak itu hasil jerih payah saya. Agar cepat laku,tricknya kalau beli sedikit sengaja saya kasih mahal, beli 1 Rp. 100 dan beli 10 Rp. 200 *giggle.

To sum up, ternyata sekolah di lingkungan sederhana, mengajarkan saya kalau ingin memulai atau mengembangkan bisnis memang rasa gengsinya harus disimpan di lemari dahulu.

As always, kata pepatah :
“Memulai dan mengembangkan business itu murah, yang mahal itu gengsinya”.

Ps: Sekolah negerinya jangan dibayangkan seperti sekolah negeri keren seperti yang ada di Jawa yah. Sekolah negeri inpres saya dulu semacam sekolah subsidi untuk yang tidak mampu.

 

sarah beekmans leathersarah beekmans leathersarah beekmans leathersarah beekmans leather

Bagikan ini:
error: Content is protected !!