The Messenger of Allah, peace and blessings be upon him, said:
“Whoever would be patient, then Allah will make him patient. There is no gift that is better and more comprehensive than patience.”
(al-Bukhari)
Rasulullah SAW bersabda,
“Barang siapa yang sabar akan disabarkan Allah, dan tidak ada pemberian Allah yang paling luas dan lebih baik daripada kesabaran.” (HR. Bukhari)
Matahari belum beranjak dari peraduannya sehingga langit yang menyelimuti kota Basel masih sangatlah gelap, hanya berteman cahaya rembulan. Hari itu Michael mengantar saya ke Basel train station untuk menuju Zurich airport. Walaupun sudah berkata kepada Michael untuk tidak menemani hingga ke Basel train station, namun Michael tetap bersikeras mengantar dengan alasan hari masih sangat gelap, walaupun Swiss adalah negara yang aman.
“Sarah, kamu adalah sahabat saya dan I just want to make sure kamu sampai dengan aman di train station. Like it or not, saya juga akan menjemput kamu tengah malam nanti di sini,” ucap Michael. Kilatan matanya yang penuh perhatian bisa saya lihat dari terpaan cercahan rembulan yang bersinar tepat di atas kami.
“Okay, Michael, saya sangat berterima kasih.” Berkata sambil melambaikan tangan mengucapkan salam perpisahan untuk sementara waktu.
Saya lalu berlari kecil menuju kereta yang akan membawa saya ke Zurich airport. Sesampainya di sana, nafas masih terasa terengah-engah. Sepanjang perjalanan saya tak berhenti tersenyum karena beberapa jam lagi akan bertemu mijn liefje, Chris.
Orange juice yang diberikan oleh stewardess di dalam pesawat yang sebenarnya rasanya agak asam jadi terasa sangat manis. Mungkin itu karena aroma cinta yang sangat kuat menggebu-gebu dari dalam dada sehingga rasa asli orange juice dikalahkan oleh rasa manisnya cinta dalam hati saya. #uhukkk
As always, Chris selalu memberikan surprise setiap kami bertemu dan kali ini meeting point kami adalah di Dusseldorf, Germany. Chris bahkan harus menyetir mobil selama tiga jam untuk menuju Dusseldorf dari tempat dia tinggal di Belgia saat itu. Setelah sampai di arrival terminal, nampak Chris dari kejauhan sudah berdiri dengan sejuta pesonanya sambil menggenggam sebuket bunga tulip dan sekotak coklat Belgia berbentuk love. #ehemmm
Saya berlari menghampiri dengan senyum bahagia dan langsung bertaya karena rasa penasaran yang sedari tadi mendera pikiran , “Kenapa Dusseldorf, apa yang spesial di sini?”
Chris hanya tersenyum lalu mengendarai mobil yang membawa kami ke city centre. Setelah mendapat tempat parkir, Chris lalu membuka bak belakang mobilnya, mengeluarkan blanket piknik dengan pattern khas Scotland dan keranjang rotan berisi makanan dan minuman.
“Wah hari ini kita piknik yah?” Saya bertepuk tangan karena sangat excited.
“Yep, kita ke salah satu taman special di sini.”
Setelah berjalan selama kurang lebih 20 menit, dari kejauhan nampak tower dan akhirnya sampai juga di taman tersebut.
“Nice park, tapi apa yang spesial sehingga kita harus travel sejauh ini ke Dusseldorf ?”
“Kamu tahu tidak nama park ini?”
“Taman cinta?” jawab saya dengan iseng.
“Tower di sana itu namanya Rhine Tower (Rheinturm) dan nama park ini adalah Rheinpark golzheim,” Chris menjawab dengan serius.
“Wah namanya mirip dengan nama sungai di Basel.”
“Oh well, Rhine River mengalir dari Switzerland melewati Dusseldorf lalu Belanda dan akhirnya bermuara di North sea. Our love seperti aliran sungai ini, jika sabar kita pada akhirnya akan bertemu dan menjadi satu dengan izin Allah.”
“Okay saya akan mencoba bersabar, tapi kalau saya tiba-tiba rindu sama kamu, saya bisa titipkan rasa tersebut lewat aliran air dan akan sampai ke kamu yah?” Saya mulai berimajinasi kartun.
“Oh, I wish rasa cinta kita akan bersatu selamanya.” Saya melanjutkan kalimat dengan penuh harapan.
“Sarah, we do not wish, we pray. Don’t forget that we have Allah, not genie. Setelah belajar dari Mas Dadang sewaktu di Indonesia, saya selalu bertelut dan berdoa semoga pada akhirnya we are written for each other. One day the plane ticket will be only one way, just be patient.” Chris menerangkan saat kami berdua asyik menatap Rhine River yang berada tepat di hadapan kami.
Hati saya makin larut dalam perasaan bahagia setelah meresapi analogi Rhine River yang baru saja dijelaskan oleh Chris.
“River knows this: There is no hurry, we shall get there someday.”
A A Milne
May 15th, 2018