“A gentle smile, a small nod, a quiet ‘thank you’ are simple gestures, yet they have the power to lighten the world.”
Kami melangkah menuju pintu taxi, Chloe masih menoleh ke belakang, menatap sopir yang telah membantunya. Saat saya membuka pintu, ia berkata, “Thank you,” dengan suara lembut, disertai anggukan kecil. Sopir itu tersenyum, membalas dengan anggukan singkat sebelum kembali ke kursinya.
Perjalanan menuju apartement tak lama, hanya sekitar 20 menit melintasi jalanan yang mulai menggeliat oleh aktivitas pagi. Dari jendela, saya melihat venue pameran di seberang jalan. Tapi untuk saat ini, langkah pertama adalah beristirahat sebelum loading barang untuk tradeshow.
Begitu tiba, pintu utama dari gedung apartement belum sepenuhnya terbuka saat seorang staff dengan sigap menghampiri. Tanpa ragu, ia mengangkat koper besar kami, lalu dengan cekatan mengambil cabin luggage dari tangan Chloe.
Chloe menatapnya sejenak, lalu dengan senyum yang sama seperti tadi, kembali berkata, “Thank you,” disertai anggukan kecil yang penuh arti. Tidak berlebihan, tidak dibuat-buat, hanya ketulusan yang mengalir begitu saja.
Saya tersenyum, melihat bagaimana Chloe, dengan caranya sendiri, menaburkan kebaikan di sepanjang perjalanan. Kata-kata sederhana seperti “thank you” mungkin terdengar sepele, tapi saat diucapkan dengan tulus, ia menjadi jembatan yang menghubungkan hati tanpa perlu banyak kata.
Saya menatap Chloe yang selalu memastikan setiap kebaikan yang ia terima tak berlalu begitu saja. Selalu ada ucapan terima kasih yang menyertainya disertai gesture kecil yang tulus. Oh well, kebaikan tak perlu bahasa yang rumit.
Terkadang, cukup dengan sebuah senyum, anggukan ringan, atau ucapan terima kasih yang diucapkan tulus dari hati. Karena hal-hal kecil seperti itu, meski tampak sepele, tak akan pernah kehilangan maknanya.
“Kindness speaks in gestures, not languages. A sincere heart and a simple ‘thank you’ are enough.”
Part 4.
