“Strength is not proven by carrying more, but by finding ground that does not give way.”
Di depan kami meja kayu masih menemani, sederhana namun cukup kokoh menampung gelas-gelas berisi kopi dan tea serta piring kecil berisi pisang goreng yang masih hangat dan uapnya perlahan mengepul di udara.
Aroma manis dari tea bercampur dengan jejak pahit kopi, mengisi ruang di antara kami tanpa perlu banyak kata. Cahaya siang menembus lewat celah jendela dan jatuh di permukaan meja kayu.
Perlahan saya mendorong meja itu agar lebih dekat. Terdengar bunyi gesekan di lantai lalu meja yang semula stabil berubah agak goyah, meski tetap sanggup menahan segala yang ada di atasnya.
Nigel mengetuk pelan permukaannya dengan jari, seolah ingin merasakan getar halus yang muncul setelah meja itu digeser. Sophie ikut menggoyangkannya sambil mengeryitkan kening, “Broer, why this table become shaky?”
Nigel tersenyum sebentar sebelum menjawab, “It feels shaky because one of the legs is probably uneven or maybe the ground isn’t flat. But the wood still looks solid.”
Kata-katanya mengendap pelan. Meja itu seakan berbisik kepada saya bahwa kekuatan bukan hanya soal kayu yang keras, tetapi juga lantai tempat ia berpijak.
Mungkin yang membuat sesuatu tampak goyah bukanlah rapuhnya diri sendiri, melainkan ketidakseimbangan yang diam-diam menopangnya.
“A tree does not fall because its branches tremble, but because its roots lose their ground.”
Part 17.