“Personality begins where comparison leaves off. Be unique. Be memorable. Be confident. Be proud.”
Unknown
Semilir angin di kota Basel menemani langkah saya dan Michael menuju ke apartment sepulang dari kampus. Kami menyempatkan diri ke library untuk mencari buku dan journal mengenai tropical disease untuk bahan presentasi besok.
Seperti biasa, kami selalu melakukan persiapan disaat injury time atau istilah di Indonesia yaitu SKS a.k.a sistem kebut semalam. Sangat berbeda dengan Tilahum yang jauh-jauh hari sudah menyiapkan segalanya.
Persahabatan kami bertiga dengan adanya Tilahum sebagai penyeimbang karena sifatnya yang selalu kalem dan mature. Michael adalah my mirror image, dari sifat yang cuek, easy to mingle hingga overtly expressive.
Namun, ada saja sifat yang berbeda, Michael type yang kuat, tahan banting dan tidak suka berbasa-basi. Sebaliknya, saya gampang panik, cengeng dan manja. Kombinasi dari sifat kami masing-masing yang semakin merekatkan tali persahabatan ibaratnya amplop dan perangkonya, menempel terus.
Tilahum sudah pulang duluan menikmati tidur sorenya karena semua homework dan materi presentasi sudah selesai. Tinggal kami berdua dengan segala kepanikannya membuat heboh library. Sibuk mencari materi penunjang hingga tak terasa lebih dari satu jam berlari kesana kemari mencari diantara tumpukan literature hingga journal yang bisa diakses melalui komputer di library.
Sekeluar dari library dengan menggotong setumpuk buku,tak lupa terselip kamus German yang setebal batu bata ikut meramaikan isi ransel karena beberapa materi berbahasa German.
Kami berjalan keluar sembari melepas canda tawa mengomentari segala jenis makanan yang terasa asing di perut namun tetap harus adjust dan segala culture shock yang dialami. Tiba tiba dari kejauhan Lucia melambaikan tangan, teman sekelas di jurusan Public Health.
“Michael, Michael, wait.“ Teriakan dengan suara tersenggal-senggal berlari tergopoh-gopoh sehingga ingin rasanya beranjak meninggalkan mereka berdua. Namun, tas ransel saya di tarik oleh Michael sehingga tidak bisa bergerak dan tertahan.
“Hey, Lucia.” Michael menjawab datar.
“Saya sudah menunggu kamu dari tadi, Michael.“ Lucia menghela nafas dalam.
“Hello Lucia. Saya tidak tahu kalau kamu menunggu Michael. Jika tahu pasti akan suruh dia meninggalkan library lebih cepat.” Tersenyum namun ada rasa iba karea terlihat wajahnya sangat lelah setelah menunggu di bawah terik matahari summer yang menyengat.
Bulir keringat di dahi menetes perlahan dan pipinya memerah terkena terpaan sinar matahari. Saya mengeluarkan tissue dan menunjuk ke dahinya. Ia menerima dengan senyum lalu melap keringatnya.
Disaat Michael lengah dan tangannya terlepas dari tali ransel, saya berlari menjauh agar Lucia bisa leluasa berbicara dengan Michael.
” Bye, Michael, Lucia.” Saking semangatnya saya hampir menabrak pohon karena menegok ke belakang saat berlari sambil melambaikan tangan. Sesampai di apartment , langsung mandi dan membuat Roiboos tea met honing, paket cinta dari Chris.
Setelah segar dan membuka jendela, terlihat beberapa pasang burung chaffinch siap menemani mempersiapkan bahan untuk besok sembari menunggu mentari yang sebentar lagi tergelincir.
Terdengar ketokan di pintu dan segera melompat untuk membuka pintu. Tersembul wajah Lucia bersimbah tetesan air mata yang tak henti jatuh di wajahnya yang putih mulus. Rambut dark brown lurus sebahu, pipi tirus disempurnakan dengan hidung mancung yang diapit oleh sepasang mata berwarna hijau.
“Are you okay ? Michael kemana ?” Menarik tangannya masuk dan menutup pintu agar suara tangisnya yang makin keras tidak terdengar oleh deretan kamar sebelah.
“Saya ingin seperti kamu agar Michael bisa falling in love with me.”
“No way, Michael adalah sahabat saya dan ia tahu saya sudah ada fiancee di Belanda. Ayo kita ke roof top, sudah hampir sunset.”
Kami beranjak ke lantai paling atas dan menempati kursi sembari menunjuk ke arah matahari.
” Look, sebentar lagi mentari akan hilang dan digantikan bulan. Apakah mungkin matahari bisa menjadi bulan dan siang bertukar waktu menjadi malam ?”
“Tidak mungkin.”Lucia menjawab lirih.
“Exactly, tidak mungkin matahari bisa menjadi bulan dan malam yang syahdu ini tidak mungkin mendahului datangnya siang. Semuanya berputar pada garis edarnya. Bukankah dua-duanya strikingly amazing dengan karakter mereka masing-masing ?”
Saya melihat Lucia mengembangkan senyum dengan air mata yang mulai mengering membuatnya terlihat semakin adorable. Ia ingin melanjutkan pembicaraan, namun saya meninggalkan sementara karena sudah waktunya sholat maghrib.
“Comparison is an act of violence against the self. It also leads to judgments and jealousy of those we deem “better off” than we are. The comparison, judgments, and jealousy can lead to ugly behavior.”
Iyanla Vanzant – American inspirational speaker
April 8th, 2022