“She didn’t fall in love with you because you remembered her birthday and brought her flowers on Valentine’s Day. She fell in love with you, because when you went to the fridge to get yourself a drink, you got her one without even asking.
She fell in love with you, because when you had an amazing day at work and she came home and she had a terrible day at work, you didn’t say, ‘Yeah, yeah, yeah. But let me tell you about my day.’ You sat and listened to her awful day and you didn’t say a thing about your amazing day. This is why she fell in love with you.
I can’t tell you exactly what day. It was no particular thing you did. It was the accumulation of all of those little things that she woke up one day as if she pressed a button, she goes, ‘I love him.’ The same with the relationship. It’s not about the events. It’s not about intensity. It’s about consistency.”
Simon Sinek – British-American author and inspirational speaker
Cuaca yang menyelimuti Leeds semasa saya menimba ilmu sangatlah unpredictable. Paginya saya masih berada di balik tumpukan duvet setinggi bantal namun siangnya bisa barbeque di park dengan hanya memakai kaus, bando rajut serta kacamata hitam.
Namun ditengah moment membakar ayam yang syahdu, saya harus lari terbirit-birit kembali ke apartment karena diguyur oleh hujan yang seketika jatuh berember-ember.
Perjalanan ke Melbourne bersama Chris beberapa tahun silam mengingatkan kembali akan cuaca di Leeds. Merlbourne sejak dahulu dikenal sebagai “city with four season a day”.
Saya merasakan pergantian empat musim dalam sehari, bahkan perubahan suhu pun sangat extreme dari 45 derajat celcius turun menjadi 20 derajat dalam sekejap mata.
Malam itu saya masih sibuk video call dengan anak-anak yang ditemani oleh mbak Waty. Disaat beranjak ke tempat tidur , saya langsung merasakan tempat tidur yang sudah terasa hangat .
Chris ternyata sengaja berada di tempat tidur terlebih dahulu dan meniduri bagian sisi saya sehingga tidak terasa dingin lagi karena telah ditempati sebelumnya.
Saya sibuk menata debar jantung yang kencang dan perasaan haru yang bergelayut didada akan perhatian kecilnya. Keesokan subuhnya, Chris membangunkan untuk sholat dan saya beranjak dari tempat tidur dengan mata setengah terpejam.
Ia tahu saya selalu masih setengah tidur setiap wudhu di saat subuh sehingga shower head sudah diturunkan dalam posisi rendah agar saya tidak terpercik hingga basah kuyup jika posisinya terlalu tinggi.
Hari berikutnya, ditengah kepanikan mencari antangin junior sehingga membongkar koper seakan ada angin topan, Chris menyodorkan satu box kecil dari kopernya.
Walau sampai kapan pun ia tak akan pernah memahami mengapa ada istilah masuk angin di dunia saya, ia selalu memastikan bahwa stock tersebut selalu lengkap menemani setiap perjalan saya.
Hal tersebut adalah beberapa contoh perhatian kecil yang saya butuhkan meskipun saya tidak pernah memintanya. Perhatian yang terkesan sangat sederhana membuat saya merasa sangat special , dihargai dan melayang sampai ke langit sembilan.
Saya dulunya sering terperangkap dengan film percintaan yang mengatakan bahwa cinta adalah sesuatu yang besar, bukan hal-hal kecil yang sederhana. Misalnya memberikan perhiasan atau pun makan malam yang mewah nan romantic di hotel mewah.
Pada hakikatnya saya akan merasakan cinta didalam hal sebesar itu, tapi hanya berfungsi mengekspresikan suasana hati sesaat dan tidak realistis untuk dilakukan setiap hari.
All those one-off grand romantic gestures tentunya mampu membahagiakan, tetapi tidak cukup untuk membawa kebahagiaan yang bertahan lama.
Meski saya tak bisa merengkuh dan menaruh segala siraman perhatian kecil yang diberikan oleh Chris didalam genggaman tangan layaknya sebuah kado , namun hal tersebut memberikan effect yang jauh lebih mendalam.
Hal-hal kecil yang Chris lakukan setiap hari inilah yang bertindak sebagai penyangga untuk memperkuat pondasi cinta karena all those little things occupy the biggest part of my heart.
Chris sayangku cintaku permata hatiku, every little thing you do contains wonderful magic and pixie dust yang mampu menyirami setiap jengkal dari hati dan perasaan saya.
“Do you love your wife?”
“Yes.”
“Prove it. Like, what’s the metric? Give me the number that helps me know, right? Because when you met her, you didn’t love her. Now you love her, right? Tell me the day that love happened. It’s an impossible question, but it’s not that it doesn’t exist, it’s that it’s much easier to prove over time.”
Simon Sinek – British-American author and inspirational speaker
March 17th, 2022