0062 8119985858 info@sarahbeekmans.co.id

Keep your promises and be consistent. Be the kind of person others can trust.” Roy T. Bennett, the author of The Light in the Heart : Inspirational Thoughts for Living Your Best

 

Mentari pagi yang menyinari Hong Kong di Minggu pagi menyuguhkan langit yang sebiru batu sapphire hingga membuat kelopak mata tak henti berkejap.  Kehadiran mentari  sedari malam sudah saya tunggu karena tak sabar  menikmati hangatnya semangkuk bakso di Victoria Park.

 

Setiap hari Minggu para BMI ( Buruh Migrant Indonesia) berkumpul menjajakan segala aneka penganan dengan cita rasa Indonesia.  Disaat saya sedang menikmati semangkuk bakso tiba-tiba terdengar pekikan sangat keras dari puluhan sumber suara disekitar.

 

“Pak De , Pak De”. Semua berlari karena dari kejauhan tampak para petugas dari Departemen Leisure Hong Kong yang mereka sebut sebagai pak De sedang melakukan razia terhadap penjual makanan dan minuman karena hal tersebut melanggar hukum.

 

Mereka harus mempunyai permit untuk menjamin safety dan higiene demi menjaga keselamatan calon pembeli. Saya langsung  melempar mangkuk dan ikut berlari kencang karena saya tahu secara hukum , pembeli juga ikut melanggar hukum.

 

Nafas hampir putus dan dikejauhan tampak seorang bule sedang sunbathing sembari duduk di kursi kayu yang memanjang. Tanpa pikir panjang  saya langsung ikut duduk dan berkata, “Hi nama saya Sarah. Nice to meet you, I am your bestfriend now.”

 

Sembari menyodorkan tangan dan membetulkan badge bertuliskan buyer dengan logo HKTDC dileher saya. “Huh ? why ? nama saya Dmitriy “Ia mengangkat sunglassesnya dan memandang dengan sorot mata bingung.

 

You will find out soon “ Saya berusaha duduk dengan gaya santai walau pun dada saya tak henti bergemuruh dan ikut berjemur layaknya bule betulan walau pun secara fisik saya tidak ada bulenya sama sekali.

 

Bahkan jika diteropong menggunakan sedotan dari puncak gedung International Commerce Centre pun, yang merupakan gedung tertinggi di Hong Kong. Tak lama satu tim petugas gabungan berseragam datang menghampiri dan menunjukkan tanda pengenal.

 

Bule yang menjadi sahabat on the spot bercakap dengan bahasa kantonese yang lancar . Setelah mereka berlalu , ia menerangkan. “Mereka sedang melakukan razia dan jika  tertangkap basah menjual makanan dan minuman secara illegal hukumnya adalah 2000 HKD atau 14 hari penjara , namun sebelumnya akan dibawa  ke pengadilan Eastern. Saya bilang kamu nenek saya jadi kamu aman“ Dengan senyum isengnya.

Hey, kita pasti seumuran.  By the way, saya tidak tahu aturan tersebut. Thank you , you are my hero. Andaikan suara saya bagus, saya akan menyanyikan lagu Hero-nya Mariah Carey sebagai tanda terima kasih saya “ Wajah panic sirna dan berganti dengan tawa bahagia.

 

Kisah razia di Hong Kong itu  kembali terekam dimemory saat saya baru saja mendapatkan izin edar untuk product kedua yaitu Dutch cream cheese.

 

“Broer, Dutch cream cheesenya mama sudah legal

What ? selama ini kita makan illegal cream cheese ? “ mata Nigel terbelalak sangat shock dengan tangan menutup mulutnya.

 

“No, sayang , kalau untuk konsumsi sendiri legal. Yang illegal itu kalau mama jual cream cheesenya tanpa izin edar dari BPOM. ”Tertawa terbahak melihat reaksi Nigel yang sangat panic, mirip raut wajah saya disaat razia di Hong Kong.

 

Oh phew, good to know , jadi kapan mama buat cheesecake lagi ?” Nigel pun tampak bahagia. Ekspresi Nigel tentunya adalah ekspresi yang ingin saya lihat pada seluruh customer yang telah mempercayai saya.

 

Kepanikan sebagai pembeli saat razia di Hong Kong membuat  saya tidak ingin hal yang sama terjadi pada customer  saya.

Saya tak ingin menjerumuskan customer dengan tetap menjual tanpa peduli apakah itu melanggar hukum atau tidak. Selain itu, sebagai pembeli ,customer bisa ikut terseret jika ada razia.

 

Walau pun praktik menjual produk keju tanpa izin edar menjadi fenomena yang umum di banyak negara di dunia, namun saya tidak akan pernah melakukan trick pengelabuan karena secara etika hal tersebut sangatlah tidak elok.

 

Fondasi dalam membangun sebuah brand adalah etika dan moralitas dan detak jantungnya adalah trust . Satu hal yang harus saya pegang teguh didalam menjalankan business  adalah I should never break three things : promises, trust, and my customer’s heart.

 

“Breaking someone’s trust is like crumpling up a perfect piece of paper. You can smooth it over but it’s never going to be the same again.”Unknown

March 9th, 2022

Bagikan ini:
error: Content is protected !!